Seide.id, Medan – Kota Stabat di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, terkenal dengan halua, sejenis manisan yang terbuat dari berbagai macam buah dan sayuran yang tumbuh di Kabupaten Langkat.
Uniknya, rata-rata penduduk Stabat, yang mayoritas Melayu, membuat dan menjual sendiri halua ini sendiri. Halua memang merupakan salah satu ciri masyarakat Melayu di sana.
Selain dinikmati wisatawan lokal, halua juga dibeli orang untuk dijual kembali.
Diyakini, dulu sekali, ratusan tahun lalu, halua merupakan hidangan untuk para raja dan tamu.
Halua disajikan terutama dalam acara antaran pernikahan dan hari-hari besar keagamaan.
Jenis halua yang dihidangkan biasanya mengacu pada komoditas yang dipakai. Ada halua merengat dengan bahan dasar kolang kaling, halua gelugur dari buah gelugur, halua dari cabe merah, halua dari cabe hijau, dan halua betik dari buah dan daun pepaya.
Buah dan sayuran lain yang biasa dijadikan halua adalah wortel, nenas, dan tomat. Bahkan, kulit semangka bisa diolah menjadi halua dalam berbagai variasi. Halua yang paling dicari adalah halua dari cabe merah.
Untuk dijadikan halua, buah atau sayuran dibentuk dulu sesuai keinginan. Misalnya, pepaya dibentuk seperti bunga, tomat dibikin seperti bunga mawar, dan kacang panjang dibuat seperti ular atau dikepang seperti rambut.
Halua dijual di toko-toko yang ada di pinggir jalan kota Stabat.
Rata-rata halua dijual dengan harga Rp 70.000 hingga Rp 100.000 per kg. Mungbergantung dari halua dari sayur dan buah.
Namun, kalau mau, kita bisa mencoba membuatnya sendiri.
Mula-mula, rendam sayuran atau buah dalam air kapur sirih selama tiga jam. Untuk buah yang keras, misalnya pare, lemaskan dulu dengan menggunakan.
Selesai direndam air kapur sirih buah atau sayuran dibilas dengan air bersih.
Kemudian, semua bahan dimasukkan ke dalam air mendidih selama 10-15 menit dan ditiriskan.
Nah, agar sayuran atau buah jadi mengilap dan manis, celupkan sayuran atau buah yang ditiriskan tadi ke dalam air gula yang kental, lalu angkat dan tiriskan selama satu hari.
Ulangi lagi keesokan harinya hingga seminggu lamanya, sehingga sayuran atau buah terlihat mengilap dan siap disajikan. (Debbi Safinaz, kontributor Medan)