Membangun Menara Harapan

Pernahkah kita ditinggalkan atau dijauhi oleh sahabat, sehingga kita merasa sendirian, dan kehilangan harapan?

Setidaknya, sekali-dua kita tentu pernah merasakan hal itu. Ketika tengah menghadapi masalah atau terpuruk, satu persatu sahabat itu seakan raib dari hadapan kita.

Kenyataannya, belum tentu mereka yang menjauhi atau meninggalkan kita. Bisa jadi, perilaku kita yang berubah, senang mengeluh, uring-uringan, dan mengurung diri. Sehingga mereka segan menemani.

Langkah bijak, ketika para sahabat itu seakan meninggalkan atau menjauhi kita adalah mawas diri. Tanpa prasangka dan kita tidak harus menyalahkan orang lain.

Kita mawas diri untuk menemukan akar masalah, hal yang sebenarnya terjadi untuk segera diperbaiki. Dan agar kita tidak mengulangi hal atau kesalahan yang sama lagi.

Sekiranya sahabat itu sekadar butuh jika ada perlu, memanfaatkan kebaikan kita, atau bahkan mengkhianati sekalipun, kita juga tidak harus marah, kecewa, atau sakit hati. Sebaliknya, perubahan sikap mereka itu membuka mata hati kita, tentang kualitas perilaku mereka yang sebenarnya.

Jadi tidak seharusnya kita kecewa, sakit hati, atau marah dengan perubahan perilaku mereka. Kita berbuat baik toh tidak mencari pujian, ingin dihormati, dan demi pamrih. Ikhlas itu melepas, dan tidak bakal melukai hati.

Coba bertanya pada diri sendiri, niat dan motivasi kita berbuat baik.

Tidak seharusnya kita kecewa, jika kebaikan kita tidak ditanggapi, dicela, atau dikhianati.

Berbuat baik itu ibarat membangun menara harapan. Kita fokus pada tujuan pembangunan itu. Jika orang lain tidak mau menerima kebaikan kita toh di luaran sana banyak orang yang menunggu dengan pengharapan.

Makin tinggi menjulang menara harapan yang kita bangun, makin besar pula deraan badai yang ingin menghempaskannya. Khususnya badai itu datang dari ego sendiri. Kita merasa cepat lelah, bosan, tertekan, dan banyak ganguan yang lain agar kita segera menyerah. Dan berhenti berarti kita kalah.

Sejatinya, perbuatan baik itu adalah nafas orang beriman. Jika berhenti bernafas berarti kita mati.

Jadi, jangan pernah merasa sendiri. Allah selalu sertai dan dampingi agar kita sukses membangun menara harapan itu: surga yang terjanji. Karena Allah Mahabaik dan setia.

Foto : myriams-fotos/Pixabay

Jangan Padamkan Api Harapan

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang