Hari Ini 80 Tahun Lalu Belanda Menyerah Kepada Kerajaan Jepang

Seide.id. Hindia Belanda (setelah merdeka menjadi Indonesia)  adalah sebuah jajahan Belanda yang terdiri dari apa yang sekarang disebut Indonesia. Itu dibentuk dari pos perdagangan yang dinasionalisasi Perusahaan Hindia Timur Belanda, yang berada di bawah administrasi pemerintah Belanda pada tahun 1800.

Selama abad ke-19, penguasaan dan hegemoni Belanda meluas, mencapai tingkat teritorial terbesar pada awal abad ke-20. Hindia Belanda adalah salah satu koloni paling berharga di bawah kekuasaan Eropa,. Penjajahan di Hindia Belanda merupakan kontribusi pada keunggulan global Belanda dalam perdagangan rempah-rempah dan tanaman komersial pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial dan sosial yang kaku dengan elit Belanda yang hidup terpisah tetapi terkait dengan penduduk asli mereka. Istilah Indonesia mulai digunakan untuk letak geografis setelah tahun 1880. Pada awal abad ke-20, para intelektual lokal mulai mengembangkan konsep Indonesia sebagai negara bangsa, dan menyiapkan panggung untuk gerakan kemerdekaan.

Pendudukan Jepang pada Perang Dunia II menghancurkan sebagian besar negara dan ekonomi kolonial Belanda. Setelah Jepang menyerah pada Agustus 1945, kaum nasionalis Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan yang mereka perjuangkan selama Revolusi Nasional Indonesia berikutnya.

Belanda secara resmi mengakui kedaulatan Indonesia pada Konferensi Meja Bundar Belanda–Indonesia tahun 1949 dengan pengecualian Nugini Belanda (Western New Guinea), yang diserahkan kepada Indonesia 14 tahun kemudian pada tahun 1963 berdasarkan ketentuan Perjanjian New York.

Ketika Perang Dunia Kedua meletus Belanda menyerahkan wilayah Eropa mereka ke Jerman pada 14 Mei 1940. Keluarga kerajaan melarikan diri ke pengasingan di Inggris. Jerman dan Jepang adalah sekutu Poros.

Pada 27 September 1940, Jerman, Hongaria, Italia, dan Jepang menandatangani sebuah perjanjian yang menguraikan “lingkup pengaruh”. Hindia Belanda jatuh ke wilayah Jepang.

Belanda, Inggris dan Amerika Serikat mencoba mempertahankan koloni dari pasukan Jepang saat mereka bergerak ke selatan pada akhir 1941 untuk mencari minyak Belanda.

Pada 10 Januari 1942, selama Kampanye Hindia Belanda, pasukan Jepang menyerbu Hindia Belanda sebagai bagian dari Perang Pasifik. Perkebunan karet dan ladang minyak Hindia Belanda dianggap penting bagi upaya perang Jepang.

Pada tanggal 11 Januari 1942 tentara Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur.

Pasukan Hindia Belanda terpukul mundur.

24 Januari 1942, Balikpapan kembali jatuh ke tangan Jepang. Menyusul

29 Januari 1942, Pontianak jatuh ke tangan Jepang,

3 Februari 1942 menyusul Samarinda,

10 Februari 1942, Banjarmasin takluk.

14 Februari 1942, Jepang menurunkan pasukan payung di Palembang dan berhasil menguasai kota itu hanya dalam dua hari.

Di Kalimantan dan Sumatra, Jepang menguasai ladang minyak. Jepang kemudian mulai bergerak ke Jawa yang menjadi pusat kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.

1 Maret 1942, tentara ke-16 Jepang mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan di Jawa Barat, dan Kragan di Jawa Tengah.

 5 Maret 1942, Jepang berhasil merebut Batavia dari Hindia Belanda. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, komandan dan pasukannya yang terpukul mundur ke Lembang, Jawa Barat,

Kalijati benteng pertahanan Belanda sebelum Jepang merangsek ke Bandung dan di Kalijati ada landasan udara militer Belanda. Serangan terakhir Belanda berlangsung di Kalijati. Pada 6 Maret 1942, Panglima Angkatan Darat Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten memerintahkan Komandan Pertahanan di Bandung, Mayor Jenderal JJ Pesman, untuk tidak melakukan pertempuran di Bandung. Sebab Bandung sudah dipadati penduduk sipil, baik wanita maupun anak-anak. Jika pertempuran terjadi, akan banyak korban sipil berjatuhan. Ter Poorten ingin berunding.

Sore hari tanggal 7 Maret 1942 Lembang jatuh ke tangan Jepang. Jepang berhasil memaksa pasukan KNIL (Koninklijk Netherlandsch Indische Leger) di bawah komando Letjen Ter Poorten melakukan gencatan senjata.

Mayjen JJ Pesman pun mengirim utusan ke Lembang untuk melakukan perundingan. Kolonel Shoji minta agar perundingan dapat dilakukan di Gedung Isola (sekarang dipakai sebagai Gedung Rektorat UPI, Bandung).

Pasukan Sekutu dengan cepat dikalahkan oleh Jepang dan pada tanggal 8 Maret 1942 Tentara Kerajaan Hindia Belanda menyerah di Jawa.

Sementara itu, Jenderal Imamura yang dihubungi Kolonel Shoji memerintahkan agar mengadakan kontak dengan Gubernur Jenderal Tjarda van Starkendborgh Strachouwer untuk mengadakan perundingan di Kalijati, Subang pada pagi hari tanggal 8 Maret 1942. Akan tetapi, Letjen Ter Poorten meminta Gubernur Jenderal Tjarda untuk menolak usulan itu.

Perundingan penyerahan kekuasaan dari kolonial Belanda kepada Jepang berlangsung amat singkat. Dalam transkrip perundingan Kalijati terungkap, Jenderal Immamura bertanya, “Apakah Gubernur Jenderal dan Panglima Tentara mempunyai wewenang untuk mengadakan perundingan ini?”

”Saya tidak memiliki wewenang bicara sebagai Panglima Tentara,” jawab Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh. Pihak Belanda mencoba mengulur-ulur dengan menyatakan hanya Ratu Wilhelmina di Belanda yang punya kewenangan untuk memutuskan. Imamura tak memberi banyak pilihan.

Ia meminta agar Belanda mengumumkan lewat radio penyerahan diri Belanda. Imamura memberi waktu hingga keesokan harinya. Perundingan di Kalijati itu tak berlangsung lama.

Saat itu juga, Ter Poorten dan Tjarda secara resmi menandatangi dokumen kapitulasi atau penyerahan tanpa syarat Hindia Belanda kepada Jepang. Keesokan harinya, 9 Maret 1942, Belanda menyiarkan penyerahan dirinya lewat radio.