Foto : Christel/Pixabay
Oleh: Fr. M. Christoforus, BHK
“Saudaraku, ternyata, sang harimau pun dapat hidup nyaman di dalam hati sang manusia!”
Adagium dasyat, … “Mulutmu, harimaumu”
Filosofi hidup adalah ekspresi kedalaman intuisi tajam dari sang manusia.
Kadangkala, seorang manusia pun dapat mengekspresikan kebrutalan seekor harimau di dalam tindakan kesehariannya.
Hal ini, tentu sebagai ekses dari praktik proses pendidikan di dalam keluarga. Keluarga, yang tanpa disadarinya, telah menumbuhsuburkan naluri kebinatangan di dalam hati sang anak.
Keluarga yang sering membiarkan sang anak bertumbuh dengan membawa naluri buas seekor harimau.
Keluarga yang tidak harmonis, dengan mempraktikan hidup lewat adegan-adegan kekerasan, persaingan, sikap balas dendam, serta penerapan hukum rimba.
Di sini, persemaian subur tempat sang anak akan bertumbuh perkasa bak seekor harimau lapar.
Jadi, tanpa disengaja, dan juga mungkin tanpa disadari, sesungguhnya, keluarga itu telah membesarkan seekor harimau di dalam sanubari sang anak.
Keluarga itu, telah memelihara seekor harimau di dalam hati sang anak. Dan, sang anak pun bertumbuh dengan karakter buas bagai seekor harimau.
“Jika kita rajin menanam angin, maka, kita pun akan puas menuai badai.”
Malang, 9 September 2022