Harry ‘Boim’ de Fretes memilih konsep kenangan, karena ia prihatin karena saat ini jarang sekali orang menghargai yang lama-lama. Padahal adanya saat ini tidak bisa dipisahkan dari masa lalu. foto: HW
ANAK muda generasi 90an, tentu sangat mengenal nama nama Harry de Fretes, pemeran tokoh Boim dalam sitkom Lenong Rumpi, yang tayang di RCTI pada tahun1992. Lenong Rumpi (1 dan 2) kemudian diangkat ke layar lebar oleh Parkit Film sebagai pemeran utama Harry de Fretes.
Sejak itu Boim, begitu ia kadang dipanggil, menghilang. Baru sejak tahun 2010 hingga 2013 main film, lalu terlibat dalam beberapa judul sinetron hingga saat ini.
Meski pun “menghilang” dari dunia hiburan, Harry sebenarnya tak bisa meninggalkan begitu saja dunia yang telah membesarkan namanya. Di kerap menjadi MC, dan berusaha di bidang kuliner.
Saat ini hari dipercaya untuk mengelola sebuah hotel dan restoran di Kawasan Parung Jakarta.
“Aku dari dulu kan emang bisnis. Belajar belajar bisnis kuliner istilahnya. Aku udah jatuh bangun udah berapa kali. Ya, merugilah, kemudian bangkit lagi. Dua tahun lalu bikin juga bisnis kuliner lagi, dan kemarin juga kemarin sempet ngedrop lagi. Dalam diriku ini aku udah ada sesuatu yang terus menggelitik, aku bilang enggak deh. Gue coba lagi dong kan, karena katanya orang yang sukses itu kalau udah jatuh bangun sampai lebih dari 50 kali gitu loh, papar Harry ketika ditemui di hotel yang ditanganinya Selasa (31/8/2021).
“ Ya gua kan belum sampai 50 kali, baru 20-an. Terus ketemu teman, kebetulan lagi nananin sebuah hotel lama, namanya Pendopo 45, yang di take over bisnisnya oleh sebuah jaringan hotel dari Inggris namanya Revive gitu,” tambahnya.
Harry lalu diundang untuk melihat suasana hotel yang menurutnya “hidup segan mati tak mau” di Kawasan Parung. Dia diminta untuk menunjukan ide apa yang akan diterapkan di situ. Akhirnya ia memiliki konsep untuk membawa kenangan lama kepada pengunjung yang datang ke hotel seluas 6 hektar tersebut, atau sekedar mampir untuk makan. Namanya Memoland singaktan dari Memories Land.
Harry memilih konsep kenangan, karena ia prihatin karena saat ini jarang sekali orang menghargai yang lama-lama. Padahal adanya saat ini tidak bisa dipisahkan dari masa lalu. Di Memoland itulah orang akan bisa mendengarkan lagu-lagu lama. Setiap Jum’at malam ada live music yang membawakan lagu-lagu lama.
Hotel yang dikelolanya terletak tidak jauh dari ibukota. Berada di kilometer 45 Jalan Raya Parung, Bogor. Tempat itu cukup asri, memiliki beberapa kamar menghadap ke danau kecil dan tumbuhan hijau, dengan kolam renang yang berada di tengah taman nan asri. Tamu-tamu yang ingin bersantai dengan suasana alam, bisa duduk-duduk di saung yang ada di tepi kolam renang dan danau.
“Sejujurnya nih, tempat ini deket sama rumah aku di Telaga Kahuripan. Di situ tinggal ibuku yang sudah berumur. Jadi kalau ada yang perlu cepat-cepat ditemui bisa dekat ke Ibu,” kata Harry.
Bisnis kuliner merupakan dunia yang sudah digelutinya sejak lama. Ia pernah membuka warung bakso di Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Ia juga memiliki event organizer yang menangani berbagai lomba dan kegiatan. Di dunia bisnis itulah ia merasa memiliki kebebasan berekspresi.
“Di dunia bisnis saya bebas berkreasi ya, ‘kan? Kayak bikin konsep-konsep seperti ini kemudian bikin program acara sebenarnya itu bikin bikin acara gini kan sudah saya lakukan dari dulu. Dari kegiatan-kegiatan itu ternyata kita juga mendapat ilmu. Macam-macamlah. Sekarang saya praktekin pengalaman-pengalaman lampau itu dijadikan yang bisa saya lakukan!”
Dengan bisnis baru yang ditanganinya sekarang, Harry merasa senang, karena setidak-tidaknya sekarng ada panggung. Dia hanya perlu mengontak teman-temannya untuk berekspresi di situ. Ya, mau bermusik, mau ngelenong atau membuat kegaitan apapun, tempatnya ada.
Dunia hiburan tidak ditinggalkannya. Harry masih tetap menggeluti dunia acting dengan bermain di beberapa sinetron, dan sudah ada rencana untuk syuting film Lenong Rumpi, bersama Multivision, dengan sutradara Anggi Umbara.
“Meski pun sibuk menangani bisnis, dunia entertain tetaplah aku gelutin. Sampai saat ini aku masih main sinetron, sesekali ngemsi atau menggelar kegiatan bersama EO miliku. Pokoknya dibagi-bagilah waktutunya,” kata lelaki kelahiran Hanover, Jerman Barat, 24 September 1967 ini.
Dalam hati kecilnya ingin juga menghidupkan kembali Lenong Rumpi, tetapi teman-temannya personil lama Lenong Rumpi sudah tidak mungkin lagi seekspresif dulu atau mau menghabiskan waktu berjam-jam untuk membahas konsep atau syuting. “Jadi agak sulitlah kalau memakai teman-teman aku yang lama, karena pasti banyak kendalanya.” ***