Presiden Xi Jinping menerima Jendral Purn. Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan RI, 1 April 2024 lalu. Prabowo mengagumi Deng, pendahulu Xi Jinping, yang terkenal dengan pendekatan yang sangat pragmatis. Salah satu kutipan terkenalnya, “Tidak peduli kucing itu hitam atau putih, selama bisa menangkap tikus,” mencerminkan sikapnya yang tidak terlalu mempermasalahkan ideologi selama sebuah kebijakan berhasil. foto : dok. kemhan_go.id
OLEH DIMAS SUPRIYANTO
DALAM pernyataannya selaku Menteri Pertahanan RI – Prabowo Subianto menyebut China punya pengaruh yang penting baginya. Prabowo mengatakan kedua negara selalu saling menghormati dan memperlakukan secara setara satu sama lain. “Saya memandang China adalah salah satu mitra kunci dalam memastikan perdamaian dan stabilitas kawasan,” kata Prabowo selaku Menhan setelah diterima Presiden China Xi Jinping di Beijing, beberapa waktu lalu.
Hashim Djojohadikusumo, adik kandung Presiden RI terpilih, menyebut, Prabowo Subianto sangat mengagumi pemimpin China, Deng Xiaoping (1904-1997) – pendahulu Xi Jinping. Bahkan, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini menegaskan, Prabowo akan meniru gaya kepemimpinan Deng Xiaoping yang notabene tokoh Komunis tersebut.
Pendulum kemajuan dunia – memang telah bergeser 30 tahun terakhir, dari Barat ke Timur. Dari Amerika ke China – dan Asia pada umumnya. Jepang, Taiwan, Singapura dan Korea Selatan menjadi rujukan kemajuan ekonomi dan industri, selain China.
Di bawah Deng Xiao-ping (1980- 1989), kita sama sama tahu, China menjelma sebagai negara super power baru, dengan perkembangan ekonomi yang melesat, diikuti dengan naiknya standar hidup, kebebasan budaya dan hubungan dengan negara-negara lain.
Deng berhasil mempersatukan kepentingan bisnis (kapitalis) dan kepentingan rakyat sekaligus. Deng Xiaoping adalah seorang pemimpin revolusi dalam Partai Komunis China (PKC) yang menjadi pemimpin tertinggi pada 1970-an sampai dengan awal 1990-an.
Deng merupakan generasi kedua pemimpin PKC setelah Mao Zedong (Mao Tje-tung). Ia naik ke tampuk pimpinan China setelah periode sulit di masa Mao Zedong .
Walau PKC (Partai Komunis China) masih menjadi satu-satunya partai, tetapi mendukung mekanisme pasar bebas dalam bidang perekonomian.
Mari kita lihat mereka yang selama antipati pada China dan antipati Komunis, melihat kepemimpinan Prabowo dalam meniru Deng Xiaoping pada periode 2024 – 2029 mendatang.
Berikut adalah gambaran seputar kepemimpinan Deng Xiaoping:
1. Pragmatis : Deng terkenal dengan pendekatan yang sangat pragmatis terhadap masalah politik dan ekonomi. Salah satu kutipan terkenalnya, “Tidak peduli kucing itu hitam atau putih, selama bisa menangkap tikus,” mencerminkan sikapnya yang tidak terlalu mempermasalahkan ideologi selama sebuah kebijakan berhasil.
Ini merupakan pergeseran besar dari ideologi Mao Zedong yang sangat kaku dan mementingkan revolusi tanpa kompromi.
2. Reformasi Ekonomi: Melalui kebijakan reformasi, China membuka diri terhadap dunia luar, menerima investasi asing, dan memperkenalkan elemen ekonomi pasar ke dalam sistem sosialisnya. Deng memperkenalkan konsep “sosialisme dengan karakteristik China,” yang memungkinkan penggunaan mekanisme pasar dalam ekonomi yang dikelola negara.
3. Desentralisasi : Pemerintah daerah diberi lebih banyak kebebasan untuk mengelola sumber daya mereka sendiri. Reformasi pertanian, yang memungkinkan petani untuk mengelola tanah secara lebih bebas di bawah sistem tanggung jawab keluarga.
4. Membuka diri : Deng memahami bahwa China membutuhkan pasar asing untuk membangun ekonominya. Dengan alasan itu, menembus pasar internasional dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia mendorong keterlibatan ekonomi dan diplomatik dengan Barat serta negara-negara kapitalis lainnya, termasuk Amerika Serikat.
Deng yakin bahwa keterlibatan global adalah kunci bagi kemajuan Tiongkok. Dengan begitu, kepemimpinan Deng sangat berbeda dengan Mao yang lebih terisolasi.
5. Menjaga Stabilitas : Meskipun membuka diri pada dunia luar, Deng mempertahankan kontrol ketat Partai Komunis China (PKC) atas kekuasaan politik. Deng percaya bahwa stabilitas politik adalah prasyarat mutlak untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dia menjaga agar Partai tetap berkuasa dengan cara apapun yang diperlukan. Peristiwa Tiananmen 1989 adalah contoh nyata di mana Deng memprioritaskan stabilitas politik di atas tuntutan reformasi politik. Deng menolak liberalisasi politik seperti Uni Soviet.
6. Menyeimbangkan Tradisi dan Modernitas: Deng tidak membuang warisan Mao, melainkan menyeimbangkan tradisi revolusi dengan kebutuhan modernisasi. Deng tetap mengakui kontribusi Mao terhadap kesatuan China, tetapi ia juga tidak ragu untuk mengkritik kesalahan Mao, seperti Revolusi Kebudayaan.
Deng menggunakan masa lalu sebagai landasan untuk membangun masa depan yang baru, menyesuaikan elemen-elemen tradisional dengan tuntutan perubahan modernisasi.
7. Mensejahterakan Rakyat: Deng berfokus pada peningkatan kesejahteraan material masyarakat sebagai prioritas utama, percaya bahwa kemajuan ekonomi akan membawa peningkatan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Deng percaya bahwa pembangunan ekonomi adalah cara terbaik untuk menciptakan kemakmuran bagi semua orang.
Kebijakan seperti sistem tanggung jawab keluarga di sektor pertanian dan promosi perusahaan swasta di kota-kota mendorong pertumbuhan pendapatan dan pengurangan kemiskinan.
8. Kuat Secara Politik: Deng Xiaping telah membuktikan sebagai pemimpin China yang kuat secara politik, mampu mempertahankan pengaruhnya – meskipun tidak selalu berada di posisi teratas secara resmi. ***