Di tengah pertanyaan serius tentang masa depan Metaverse, Apple meluncurkan perangkat digital menuju metaverse yang dinanti-nanti.
Setelah beberapa tahun dalam pengembangan, langkah besar pertama Apple menuju metaverse, adalah melahirkan headset realitas. Perangkat ini direncanakan akan diluncurkan ke dunia untuk pertama kalinya musim semi ini. Apple melalui perusahaan Meta terus maju menuju Metaverse meski telah mengalami rugi ratausan triliun.
Raksasa teknologi itu kemungkinan akan memamerkan headset hybridnya dalam beberapa bulan mendatang. Tepatnya menjelang Worldwide Developers Conference (WWDC) tahunan, yang biasanya berlangsung pada bulan Juni. Beberapa pengembang pihak ketiga dilaporkan sudah membuat aplikasi untuk perangkat tersebut, yang mungkin disebut Reality Pro.
Headset gabungan augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dilaporkan akan dirilis akhir tahun ini, bersamaan dengan iPhone baru dan perangkat Apple lainnya yang diperbarui. Sistem operasi headset dilaporkan akan disebut xrOS, meskipun dikatakan disebut “Borealis” di kalangan internal mereka sendiri.
Headset Reality Pro digadang-gadang menjadi perangkat Metaverse premium dengan banderol harga setinggi $3.000 ( Rp 45,000,000), dua kali lebih mahal dari headset realitas campuran Meta’s Quest Pro yang dipatok di angka $1.499 ( Rp 22,458,000) dan berkali-kali lebih mahal daripada Quest 2 yang ditargetkan untuk konsumen, Headset VR $399 ( Rp 5,985,000).
Jika ditilik, ini merupakan harga yang mahal untuk membayar perangkat keras untuk menuju Metaverse. Namun kita tahu, perangkat Apple seringkali lebih mahal daripada saingannya dengan kemasan lebih cantik, dengan tambahan fasilitas dan kecanggihan tersendiri yang sudah diakui dunia.
Dalam hal ini, Apple Reality Pro diharapkan menjadi headset mandiri yang handal—tidak memerlukan komputer atau ponsel—sehingga nilai digitalnya benar-benar praktis.
Jika semuanya baik-baik saja, ini bisa menjadi langkah Apple yang paling menentukan menuju metaverse, sebuah “ dunia” yang menggambarkan internet generasi berikutnya yang dialami melalui avatar yang dapat dikontrol dalam lingkungan 3D. Metaverse dibayangkan sebagai pusat untuk bekerja, bermain game, hiburan dan aktivitas sosial. Meta ingin membangun dunia ini secara aktif. dengan Meta di antara perusahaan besar yang secara aktif membangun visi tersebut.
Namun, ada potensi keterputusan antara bagaimana raksasa teknologi dan pembuat Web3 mempertimbangkan masa depan internet. Di ruang Web3, pencipta membayangkan ruang terbuka dan interoperable yang tumpang tindih dan berbagi fungsionalitas dalam bentuk aset NFT yang dimiliki pengguna, seperti avatar, pakaian, aksesori, dan barang digital lainnya.
Hanya, belum jelas, apakah Meta dan perusahaan lain yang akan meramaikan dunia metaverse dengan memanfaatkan teknologi Web3. Apakah Apple sendiri melihat Reality Pro sebagai permainan metaverse, juga masih harus dilihat.
Kemungkinan, Apple akan segera mengizinkan pengguna iPhone dan iPad untuk menginstal aplikasi dari sumber eksternal untuk mematuhi peraturan Uni Eropa (UE) yang baru.
Seperti biasa, apapun yang akan dilakukan Apple, akan muncul desas-desus, rumor bahkan tebakan-tebakan, yang pada akhirnya mengangkat produk Apple itu sendiri di pasar.
MS Sumber DeCrypto
Metaverse: Antara Ada dan Tiada