Hepatitis A Mengapa Berjangkit?

Seide.id – Di Bogor diberitakan hepatitis A berjangkit, dan dinilai sebagai kejadian luar biasa (KLB). Artinya angka jangkitan (incidence rate) melebihi keadaan biasa. Namun apapun keadaannya, ini terkait dengan sanitasi yang buruk, selain higiene perorangan yang jelek.

Hepatitis A ditularkan lewat mulut. Makanan dan minuman tercemar virus hepatitis A, sehingga organ hati meradang. Kita menyebutnya sakit kuning. Gejalanya demam, mual, muntah, dan gejala kuning. Awalnya kuning pada kulit, lalu pada putih mata, dan kencing berwarna air teh. Biasanya diobati atau tidak, akan menyembuh sendiri dalam satu-dua minggu, tanpa komplikasi, atau gejala sisa. Hanya fungsi hati masih belum normal penuh sampai beberapa bulan.

Berbeda dengan hepatitis B dan hepatitis C yang ditularkan lewat hubungan seks selain jarum suntik, jarum infus, tattoo, tindik, alat cukur, atau jarum akupunktur, hepatitis A bukan penyakit ganas. Dua jenis hepatitis yakni B dan C selalu berkomplikasi kerusakan hati (cirrhosis hepatis), kalau bukan kanker hati (carcinoma hepatis), selain sebagian kecil langsung merenggut nyawa. Jarang atau hampir tidak pernah hepatitis A sampai meninggal.

Dari mana virus hepatitis A datangnya? Dari lingkungan yang tidak bersih. Musim penghujan salah satu faktornya. Ketika banyak musim buah, khususnya rambutan dan duku, beberapa penyakit pencernaan berjangkit secara fecal-oral. Saat mengupas rambutan dan duku dengan cara langsung menggigit kulitnya, atau tangan memegang kulit buah, kemungkinan ada virus atau bibit penyakit lain yang sudah mencemari kulit buah itu.Bibit penyakit tertelan masuk mulut.

Dalam hal virus hepatitis A kemungkinan bisa saja terbawa oleh carrier penyakit hepatitis A, seperti halnya tifus (typhoid abdominalis). Bila seorang penjaja makanan mengidap virus hepatitis A atau kuman tifus tanpa dia sendiri sakit, kita menyebutnya sebagai carrier. Ia tidak sedang sakit, namun di tinjanya terkandung bibit penyakit, yang apabila higiene perorangannya jelek, maka akibat sehabis cebok tidak membasuh tangan, bibit penyakit itu melekat terbawa pada jemari tangannya. Kalau carrier ini sebagai penjaja makanan, khususnya jenis makanan dingin atau yang tidak dimasak seperti rujak, buah dingin, gado-gado, ketoprak, maka dengan cara itu penyakit carrier itu ditularkan oleh orang yang food-handler tersebut.

Maka apabila pada suatu kelompok masyarakat, seperti mahasiswa, yang biasa jajan di warung makanan yang sama, dan terjangkit penyakit yang sama secara berbarengan, kemungkinan sumber penularnya sama, yakni si penjaja warungnya, yang menjajakan makanannya dengan tangan atau food handler. Dan ini bisa saja terjadi di rumah sendiri, kalau ibu yang biasa menyiapkan makanan dengan tangan, sedang si ibu sebagai carrier penyakit yang ditularkan lewat mulut.

Dulu pernah diberitakan di IPB Bogor ketika saya masih dinas di Bogor tahun 80-an, berjangkit tifus ramai-ramai pada sekelompok mahasiswa. Setelah ditelisik, ternyata sumber penularnya warung makan yang sama.

Untuk terhindar dari kemungkinan tertular penyakit selama musim penghujan, hindari jenis jajanan khususnya yang dingin. Demikian pula cara mengupas buah rambutan atau duku, jangan dengan cara menggigit karena kita tidak tahu apa kulit buahnya sudah tercemar bibit penyakit. Faktor lain, selama tubuh kita sehat, kekebalan tubuh kuat, sekalipun tubuh dimasuki cemaran bibit penyakit, belum tentu kita jatuh sakit.

Namun memang kontrol pemerintah, dalam hal ini Dinas Kesehatan, masih belum sepenuhnya seperti di negara maju. Bahwa setiap restoran, terlebih warung makan, harus memenuhi persyaratan khusus, agar tidak berjangkit penyakit yang ditularkan secara fecal-oral (tinja ke mulut). Di kita masih terlihat meletakkan es batu di depan lantai kamar kecil, memegang makanan tanpa sarung tangan, bahkan sehabis memegang uang.

Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul

Solusi Sehatnya Berbangsa: Mendisplinkan Hidup Semua Anak Bangsa