Hari-hari belakangan ini sejak pandemi covid-19 merebak, masyarakat menghadapi kesulitan untuk mendapatkan obat-obatan yang dibutuhkan. Banyak obat-obat yang diperlukan untuk mengobati gejala covid-19 menghilang dari apotik. Akan tetapi ironisnya, jenis obat-obatan yang dicari itu bisa diperoleh melalui penjualan online dengan harga yang cukup mahal.
Guru Besar Faultas Farmasi dan Ketua Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt memaparkan, kelangkaan obat di apotik ada kaitannya dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Menurutnya, banyak apotik yang sudah membeli obat-obatan dimaksud, tetapi kemudian ada penetapan HET oleh pemerintah yang justru lebih rendah dari harga pembelian apotik ke pabrik atau distributor. Akibatnya apotik tidak bisa menjual, karena kalau dijual sesuai HET apotik rugi, sedangkan bila dijual dengan harga pembelian, apotik takut akan menghadapi masalah hukum.
“Akhirnya obat-obatan itu ditarik atau dikembalikan. Itulah salah satunya yang menyebabkan obat kosong,” kata Prof. Zullies dalam wawancara dengan Radio El Shinta, Sabtu (24/7/2021) pagi.
Masalah kedua adalah panic buying di tengah masyarakat. Saking paniknyanya menghadapi pandemi ini, masyarakat lalu ramai-ramai memborong obat untuk stok di rumah. Padahal mereka belum membutuhkan obat-obatan atau vitamin.
“Sasya berhadap masyarakat tidak perlu panic buying. Misalnya Vitamin C, kalau lagi kondisi biasa tidak perlu 5000 IU, yang 1000 IU juga bisa. Dan yang penting adalah menjalankan protocol Kesehatan dengan baik,” katanya.
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengatakan, dirinya sanagat memahami suasana batin masyarakat saat ini. Tapi yang dihadapi saat ini adalah bencana dunia. Seluruh dunia berantakan.
“Proses vaksinasi di Indonesia saat ini belum selesai. Kita bekerja samalah. Saya lihat pemerintah sudah berusaha keras untuk mengatasi keadaan ini. Kami juga selalu berkunjung ke lapangan untuk mengecek ketersediaan obat-obatan, lalu kami jadikan bahan ketika dengar pendapat dengan pemerintah,” katanya.
Rahmad menambahkan, “Saat ini ada obat dengan resep dokter, tapi dijual online itu kan pelanggaran hukum. Saat ini yang penting adalah ketika masyarakat mencari obat, obatnya ada. Ketergantungan oabt cukup tinggi, jadi kita tidak hanya beli dari India atau Cina, tapi beli saja dengan negara lain. Distributor di sini juga harus ikut bantu mencarikan solusi!”
Seperti diketahui, Presiden Joko WidodoJumat (23/7/2021) melakukan sidak ke sebuah apotek di Kota Bogor, Jawa Barat,. Kedatangan orang nomor satu di Indonesia itu untuk mengecek persediaan obat COVID-19di pasaran.

Jokowi sempat menanyakan beberapa jenis obat kepada pegawai apotik, tetapi tidak ada. Obat yang ditanya adalah obat antivirus Oseltamivir dan Favipiravir, obat antibiotik Acetromicin, dan vitamin D3 5000UI. )
Ternyata semua obat yang dicarinya tidak ada. Saat itu juga Presiden langsung menelepon Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Berikut percakapan Presiden Jokowi dengan Menteri Kesehatan.
“Halo pak Menteri, ini saya cek ke apotek di Bogor ya, ini saya cari obat antivirus Oceltamivir enggak ada. Cari lagi obat antivirus Favipirapir juga enggak ada kosong. Saya cari obat yang antibiotik acetromicin juga enggak ada,” kata Jokowi dalam unggahan video yang dipublikasikan YouTube Setpres, Jumat (23/7/2021).
“Baik kami cek ya,” jawab Budi.
“Stok enggak ada sudah seminggu lebih. Terus vitamin D3 yang 5000 juga enggak ada. Ini saya yang dapet hanya multivitamin yang mengandung zinc. Suplemen juga, suplemen apa ini ada yang apa, D3nya ada tapi hanya yang 1000. Hanya dapat ini saja. Vitamin D3 yang 1000UI. Kemudian yang suplemen yang kombinasi multivitamin ada. Jadi yang lain-lain, obat antivirus, antibiotik nggak ada semuanya,” lanjutnya.
“Ini apoteknya Vila Duta,” ujarnya.
“Oke, Villa Duta. Karena saya ada catatan, Pak Presiden. Kita kan sudah ada yang online. Saya barusan cek ya pak ya. Misalnya, untuk Favipiravir di apotek Kimia Farma Tajur Baru ada 4.900. Apotek Kimia Farma Juanda 30 ada 4.300, Kimia Farma di Semplak Bogor 4.200. Jadi nanti saya double check ya. Nanti ini saya kirim ke ajudan Bapak. Itu ada data online yang ada di rumah sakit, nah itu bisa dilihat by kota segala macam. Berikut apoteknya, Kimia Farma, Century, Guardian, K24,” jelas Budi.
“Oke saya ke sana saja. Saya beli itu, coba ada nggak,” kata Jokowi.
“Ah boleh pak, silakan,” jawab Budi.