Oleh DAMAI K
Sejak kemunculannya di TVRI tahun 1980-an, sinema elektronik (sinetron) masih bertahan sampai saat ini di era televisi swasta. Bahkan televisi swastalah yang menikmati era booming sinetron sekaligus mengeruk penghasilan luar biasa dari tayangan semacam ini.
Kita masih ingat bagaimana Ram Punjabi yang berkongsi dengan dua saudaranya Dhamoo dan Gobin, sempat dikenal sebagai Raja Sinetron Indonesia pada tahun 90-an. Dengan bendera perusahaannya yang sangat terkenal, Multivision Plus, Ram Punjabi menyodorkan tontonan televisi khas, yang berbeda dengan konsep film bioskop kebanyakan. Yakni sebuah cerita yang sebagian besar adegannya di buat di dalam ruangan (indoor) dengan konflik berputar-putar di antara para tokohnya. Konsep ini memang meniru dari tayangan telenovela Amerika Latin (Mexico) yang juga digemari di Indonesia.
Tokoh-tokoh berwajah cantik dan ganteng, dengan kehidupan mewah yang jarang dilihat masyarakat kebanyakan, dengan cepat menarik minat penonton untuk menyaksikannya. Ramuan ini cukup ampuh untuk mengikat penonton yang selalu bermimpi untuk menjadi seperti tokoh-tokoh di dalam sinetron. Itulah mengapa dulu produser disebut sebagai “Pedagang Impian” ˆ(The Merchant of Dream), karena selalu menjual mimpi kepada penonton.
Di masa kejayaan Ram Punjabi itulah kita mengenal bintang-bintang sinetron canti seperti Marini Zumarnis, Ferdi Hasan, Bella Saphira, Jemery Thomas, Tamara Bleszynski, Elma Theana, Adam Jordan dan lain-lain, yang kemudian diikuti oleh generasi berikutnya seperti Jihan Fahira, Thomas Jorghi, Primus Yustisio, Syahrul Gunawan dan banyak lagi.
Karena menjadi tontonan yang digemari penonton, sinetron memiliki rating tertinggi dari seluruh tayangan televisi. Dampaknya pemasang iklan antri untuk memasukan iklan produknya dalam tayangan sinetron favorit.
Setelah cukup lama dijejali mimpi-mimpi kemewahan dan keindahan, belakangan muncul sinetron dengan cerita yang lebih membumi, “Si Doel Anak Sekolahan”. Sinetron ini terasa lebih dekat dengan kehidupan masyarakat, karena mengangkat kisah kehidupan keluarga Betawi dan masyarakat sekitarnya. Bintang-bintangnya pun bukan artis-artis keturunan yang berawajah separuh barat (Eropa / Amerika) separuh Indonesia, tetapi artis-artis yang memiliki wajah asli Indonesia seperti Rano Karno, Benyamin S, Maudy Koesnaedi, Mandra, Atun, Basuki dan lain-lain.
Sinetron yang pertama kali muncul tahun 1993 ini bertahan cukup lama di layar televisi, walau ceritanya lama-lama juga berputar-putar, dan lebih mengandalkan kemampuan para komedian yang bermain di dalamnya. Namun demikian, “Si Doel Anak Sekolahan” menjadi role model bagi kelahiran sinetron-sinetron yang menampilkan wajah Indonesia, baik dalam karakter maupun ceritanya. Sinetron ini pun termasuk pendulang iklan yang luar biasa.
Kelamahan Cerita
Tak bisa dipungkiri, sinetron merupakan tambang emas bagi televisi untuk mengeruk penghasilan sebanyak-banyaknya. Terutama bagi sinetron-sinetron yang memiliki rating tinggi. Kalau sudah begitu, biasanya pihak televisi tidak ingin kehilangan momentum, lalu menyediakan jam tayang setiap hari (striping) untuk sinetron semacam itu.
Produser sendiri tidak bisa mengelak, karena bagi produser dan pemain, sinetron striping adalah kesempatan untuk mendapatkan penghasilan berlipat ganda dibandingkan jika sinetron ditayangkan sekali dalam seminggu, seperti pada awalnya kemunculan sinetron di TVRI atau TV Swasta.
Yang jadi persoalan kemudian adalah bagaimana mempersiapkan cerita dan skenario untuk mendukung kapasitas produksi. Di sinilah, produser seringkali kedodoran. Banyak cerita yang dibuat asal jadi, terjadi pengulangan-pengulangan scene, dan hal-hal yang seharusnya tidak terjadi jika cerita dan skenario disiapkan dengan matang.
Iklan
Sampai saat ini sinetron masih menjadi tayangan yang belum terkalahkan sebagai penggaet iklan. Kecuali ada tayangan khusus yang sangat ditunggu oleh pemirsa seperti final sepakbola Piala Dunia atau saat Timnas Sepakbola Indonesia sedang dicintai. Selain itu tak ada yang mampu menyaingi sinetron. Dari 15 tayangan berating tinggi di televisi, 9 di antaranya adalah sinetron!
Meskipun jadi tayangan favorit, sinetron bukan jenis tayangan yang enak untuk dinikmati. Keasyikan menonton seringkali terganggu dengan munculnya selingan iklan. Bahkan untuk sinetron favorit saat ini Ikatan Cinta kompilasi durasi iklan dalam setiap episode penayangannya, bisa lebih banyak dibandingkan durasi tayangan sinetron itu sendiri.
Seorang penonton pernah mencatat daftar iklan yang tercantum di sinetron Ikatan Cinta, yang tayang 19 Februari 2021. Tercatat ada 123 iklan yang dibagi ke dalam 4 segmen (bagian). Artinya setiap bagian penonton harus melihat 26 – 30 iklan. Jika satu iklan rata-rata berdurasi 30 detik, maka total waktu yang dihabiskan untuk 123 iklan itu adalah 3.690 detik atau setara dengan 61,5 menit (lebih dari 1 jam!).
Yang lebih menyebalkan, kini ada iklan bulid-in dalam sinetron yang dijadikan adegan. Seolah-olah apa yang digambarkan adalah bagian dari adegan, tetapi substansinya adalah menampilkan iklan produk yang digambarkan dalam aksi maupun dialog pemain. Pembuatan iklan semacam itu menjadi tren baru dalam sinetron Indonesia. Sementara penonton tidak bisa berbuat apa-apa karena menonton dengan gratis. Yang bisa dilakukan penonton adalah mengambil remote control dan mengganti saluran!