Komodo di kolong rumah. Diantar Haji Mahmud, sesepuh sekaligus Kepala Kampung saat itu, berkunjung ke pemakaman warga yang terletak di bawah bukit ujung pinggir kiri kampung. Beberapa gunduk makam yang ditimbuni batu-batu karang, ditunjuk Haji Mahmud sebagai makam warga korban gigitan Komodo. – Foto Heryus Saputro Samhudi
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
Seide.id 08/06/2022 – Banyak pembaca portal berita seide.id bertanya kepada saya ihwal Komodo (Varanus komodoensis) Taman Nasional Komodo (TNK) yang saya tulis secara berseri bulan lalu. Diantaranya adalah “Apa kebiasaan Komodo yang paling harus diwaspadai?” Sebuah pertanyaan menggelitik yang segera mengingatkan saya pada Ang Lee.
Ang Lee, sutradara Hollywood asal Taiwan, pernah membuat film laris bertajuk Crouching Tiger Hidden Dragon, yang antara lain menghasilkan 4 buah Piala Oscar di ajang Academy Award 2001. Komodo, the last dragon in the world, juga (seperti kata Ang Lee) punya naluri menyembunyikan kehadirannya dengan cara membatu, mendekam diam seribu bahasa, menunggu saat-saat lengah calon mangsanya.
Kebiasaan mendekam ini juga nyaris mendatangkan masalah bagi kami, saat berkelana di padang savana kering dengan satu dua tegakan pohon asam dan bidara di Loh Buaya, Pulau Rinca TNK. Hendrik Din, petugas jagawana yang memandu kami, mendadak melompat ke depan menghalangi langkah seorang teman, sembari tangannya menyorongkan tongkat ke sepotong kayu mati….
Oh, My God! Benda yang tergolek di sisi rintis setapak yang kami lalui, dan kami kira potongan ‘kayu mati’… dan kini ditahan Hendrik Din dengan tongkat berujung cagak (terbuat dari kayu cabang pohon walikukun yang terkenal ulet dan kuat) itu ternyata seekor komodo besar berukuran panjang hampir dua meter, yang tubuhnya terkamuflase oleh semak kering yang warnanya sama persis alam savana sekitar.
Saat itu juga saya jadi paham, mengapa ada aturan bahwan setiap pengunjung TN Komodo yang hendak menjelajah, walau hanya di sekitar halaman pos jaga, wajib didampingi pemandu. Dan tiap pemandu membawa tongkat beujung cagak, yang berfungsi untuk menahan sendi bahu depan kaki komodo. Berkat reaksi cepat Hendrik Din, tak ada di antara kami yang harus kehilangan kaki. Duh…!
Tiap bentuk kehidupan di alam, selalu dilengkapi cara dan gaya serta kebiasaan masing-masing, menyatu dengan naluri hewani mereka demi bisa melangsungkan hidup. Komodo misalnya, sering diam seribu Bahasa dengan mata seperti terpejam. Tapi sangan salah sangka! Satwa yang tampak malas, klemar-klemer itu mampu mendadak bergerak lari hingga kecepatan 18 km per jam.
Dengan gerakan tak terduga itu mereka memang jadi berbahaya bagi siapa pun mahluk (yang nggak ‘ngeh..!) dan berada di radius jangkauan berburunya. Kebiasan hidden the last dragon of the world, serta kemampuannya menyamarkan diri dengan warna alam sekitar ini pula yang menjadikannya berbahaya.
Sejujurnya, banyak juga keadian orang-seorang digigit Komodo,
Dalam sebuah kunjungan ke Kampung Komodo di pesisir selatan Pulau Komodo -TNK, saya sempat diantar Haji Mahmud, sesepuh sekaligus Kepala Kampung saat itu, berkunjung ke pemakaman warga yang terletak di bawah bukit ujung pinggir kiri kampung. Beberapa gunduk makam yang ditimbuni batu-batu karang, ditunjuk Haji Mahmud sebagai makam warga korban gigitan Komodo. *** (Bersambung)
08/06/2022 PK 11:55 WIB