Bagi banyak orang, moto Citius, Altius, Fortius, yang berarti Lebih Cepat, Lebih Tinggi, dan Lebih Kuat tidak begitu asing bagi telinga, khususnya mereka yang menggeluti bidang olahraga.
Moto itu digunakan untuk Olimpiade modern atas inisiator Pierre de Coubertin, 1894. Lalu, diterapkan sejak Olimpiade modern perdana di Athena, Yunani, 1896.
Dalam Olimpiade, setiap peserta lomba ingin menjadi yang terbaik dan juara.
Jika moto itu diterapkan dalam hidup keseharian, ini sangat dahsyat dan keren, karena memotivasi kita untuk menjadi pemenang kehidupan.
Faktanya, hidup kita ibarat serangkaian tantangan yang harus diatasi dan dimenangi untuk mencapai garis akhir.
Kita dituntut giat berlatih menempa diri agar kita menjadi pribadi pejuang yang ulet, tangguh, dan termotivasi untuk memberikan kemampuan yang terbaik.
Di Olimpiade, kita tampil prima dan berkompetisi untuk menjadi juara.
Di kehidupan nyata, kita dituntut untuk memberikan yang terbaik dari hidup kita dan memaknainya.
Ketika hidup diarahkan dan dituntut untuk sekadar menjadi juara, kita cenderung memikirkan diri sendiri dan egoistis.
Demi ambisi, kita tidak segan untuk menggunakan segala cara dan tipu daya. Yang penting, tujuan tercapai. Kita sukses, terkenal, kaya, terhormat, dan seabreg pengakuan kosong lainnya.
Padahal, sejatinya tujuan hidup ini bukan sekadar menang atau kalah, melainkan seberapa dalam kita memaknai anugerah dan kasih Allah.
Jika hidup ini diarahkan kepada-Nya, berarti kita harus mendulukan kepentingan- di atas hidup kita.
Anugerah-Nya yang diberikan kepada kita itu tidak untuk dimiliki sendiri, tapi harus dibagikan untuk sesama. Sifat-Nya yang Maha Pemurah itu yang harus diteladani.
Semoga, dengan semangat hidup seturut kehendak Allah, semua orang berbahagia.