Budaya roti, bisa jadi masuk lewat Benteng Van der Wijck yang kini masih tegak di Kampung Sidayu Tengah, Kelurahan Sidayu, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah 54416. Benteng atau fort ini dibangun Jenderal Van den Bosh tahun 1818 sebagai kantor Belanda, dan tahun 1956 berobah fungsi jadi Pupillen School, sekolah calon militer khusus anak-anak bangsa Eropa.
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
Seide.id 09/06/2023 – Bertekstur garing dengan citarasa gurih manis, Roti Bagelen cocok buat teman ngopi atau ngeteh. Tekstur crunchy bikin sensasi tersendiri saat menikmati zaman dulu yang mudah ditemukan di Jawa Tengah. Bahkan di Garut. Jawa Barat dan toko oleh-oleh kota lainnya di Indonesia, tanpa pembeli mau tahu : dari mana Roti Bagelen berasal?
Kita sama tahu, budaya roti di Indonesia adalah bawaan kolonialis Belanda. Silang budaya ini antara lain menghasilkan variasi roti bernama Warmbollen, yakni roti basah yang dilengkapi isian buttercream atau roombuter kata orang Belanda. Warmbollen merupakan cikal-bakal roti Bagelen. Fisiknya mirip, lengkap dengan olesan roombutter. Cuma, tekstur roti Bagelen lebih garing.
Bahan baku utama roti Bagelen adalah roti berbentuk bulat bundar atau lonjong . Panjang yang kemudian dibelah dua bagian, atau diiris-iris sesuai ukuran yang diinginkan. Lantas permukaan atau bagian tengah potongan-potongan itu diolesi mentega (roomboter) putih kekuningan, menghasilkan citarasa harum-gurih-asin-manis pada Roti Bagelen usai proses pemanggangan.
Betapa pun lahir di zaman Belanda, nama Bagelen sama sekali bukan nama atau kata bahasa Belanda, melainkan nama sebuah kampung, yang kini bertatus Desa Bagelen, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. Jawa Tengah.
Jauh sebelum itu, kata Bagelen juga biasa digunakan untuk menyebut keberadaan entitas sub-kultur Jawa, yang popular sebagai masyarakat budaya Bagelen.
Ada banyak bentuk tradisi budaya orang Bagelen, Satu di anara yang popular dan kini amat sangat langka, adalah pertunjukan Wayang Jemblung, seni bercerita yang dimainkan oleh beberapa dalang yang duduk di kursi mengitari sebuah meja berisi nasi tumpeng lengkap, bercerita tentang banyak hal (dari kisah pewayangan tempo dulu hingga hoax politik masa kini) sambil menikmati nasi tumpeng.
Tahun 1830 — pasca Perang Jawa yang dimotori oleh Pangeran Diponegoro, dan membuat keuangan kolonial Hindia Belanda pasca VOC (berdiri pada 20 Maret 1602 dan dibubarkan pada 31 Desember 1799) kembali terpuruk — kawasan budaya Bagelen dijadikan Karesidenan Bagelen, terdiri atas afdeling Purworejo, Kebumen, dan Wonosobo.
Karesidenan ini berbatasan dengan Pekalongan di utara. Kedu dan Yogyakarta di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Karesidenan Banyumas dan Karesidenan Tegal di sebelah barat. Namun sejak 1 Agustus 1901, Karesidenan Bagelen dihapuskan dan dimasukkan ke dalam Karesidenan Kedu. Namun begitu, Bagelen sebagai sub-etnik Jawa tetap eksi sebagai wilayah budaya.
Budaya roti, bisa jadi masuk lewat Benteng Van der Wijck yang kini masih tegak di Kampung Sidayu Tengah, Kelurahan Sidayu, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah 54416. Benteng atau fort ini dibangun Jenderal Van den Bosh tahun 1818 sebagai kantor Belanda, dan tahun 1956 berobah fungsi jadi Pupillen School, sekolah calon militer khusus anak-anak bangsa Eropa.
Awalnya bernama Fort (Benteng) Cochius, lengkapnya Frans David Cochius yang pernah bertugas di daerah Bagelen, dan pemimpin tantara Belanda saat pecah Perang Diponegoro (1825 -1830) yang juga dikenal sebagai Perang Jawa. Barangkali karena ‘catatan hitam’ ini, belakangan nama benteng lantas diganti dengan nama Carel Herman Aart Van er Wijck, Gubernur Jawa tahun 1893 – 1899
Budaya roti masuk dimana komunitas Belanda dan Eropa berada. Demikian pula untuk memenuhi kebutuhan penghuni Benteng Van der Wijck. Siapa pengusaha pertama roti di Kawasan budaya Bagelen itu? Entah. Yang pasti para pekerja pembuat roti mastilah masyarakat budaya Bagelen. Roti yang saat itu masuk katagori kuliner kelas atas, sayang dibuang jika sampai tersisa.
Maka lahirlah Sweet Dried Bread, roti kering manis, yang karena dibuat (barangkali) oleh orang-orang dari budaya Bagelen, maka masyarakatpun lantas menyebutnya Roti Bagelen. Sebagai produk dagang, kata ‘bagelen’ sendiri muncul pertama kali di bungkus produk roti bertuliskan “bagelen biscuita” yang eksis dan beredar sejak tahun 1906 di kitaran wilayah Purworejo.
Konon masyarakat Kampung Bagelen di Purworejo tempo itu banyak yang jadi pembuat dan penjual roti kering yang dikenal luas sebagai Roti Bagelen. Produk ini mendulang sukses. Masyarakat di luar Purworejo suka Roti Bagelen yang harum-manis-gurih-asin dan mempur di lidah. Maka banyak pengusaha kue di kota lain ikut memproduksi Roti Bagelen dengan berbagai bentuk tampilan dan isian rasanya.
Tahun 1947 di Garut, Jawa Barat, hadir toko kue Abadi yang awalnya hanya menjual beberapa jenis kue tradisional, dan tahun 1964 ikut memproduksi roti Bagelen yang legendaris itu. Laris dan jadi produk priadona. hingga belakangan plang tokonya berganti nama menjadi ABADI Bagelen. Tahun 1967 toko ini memindahkan pusat produksinya ke Bandung, dan tahun 1977 membuka outlet sendiri di Jalan Purnawarman 49 Bandung.
Sejalan perkembangan zaman, kini Roti Bagelen berevolusi dengan tampilan lebih menarik. Jika resep aseli hanya diolesi room boter dan gula, kini tersedia berbagai topping: taburan cokelat, meises, keju, selai buah stroberi, bahkan ada yang dengan daging asap. Bentuk-bentuk variasi tang tetap membuatnya nikmat dikunyah, tanpa kehilangan ciri khas aseli sebagai roti kering buatan wong desa nun di Bagelen. ***
09/06/2023 PK 11:17 WIB