HINA MENGHINA

Foto : NN

Sial benar nasib seorang pemuda di Lombok. Gara-gara melihat perang Israel-Palestina tak berkesudahan, Ucok kesal, lalu memaki Palestina dengan umpatan babi. Tak lama, polisi menangkapnya. Meski telah minta maaf, aparat tetap meneruskan untuk proses hukum. Ucok dikenai pasal UU ITE dengan ancaman hukuman 4-6 bulan. Ia menunggu pengadilan. Meterai tak berlaku untuk penghina Palestina. 

Dua siswa perempuan di Bengkulu, malah lebih sial lagi. Ia langsung dikeluarkan dari sekolah. Gara-gara juga menghina Palestina. Hanya, kali ini, polisi tidak memproses hukum dikarenakan, katanya, tak ada pengaduan. Pokoknya keluar dari sekolah atas desakan Dinas Pendidikan setempat dan kepala sekolah. 

Saya sengaja mengunggah foto dua anak sekolah yang dikeluarkan itu agar anda semua tahu bahwa masa depan dua anak itu, saat ini telah dibunuh. Orang lebih membela tetangga daripada anak sendiri. 

Pembunuh itu adalah Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah yang memberi hukuman sadis yang saya yakin mereka ini tidak tahu apa dan siapa Palestina itu. Institusi pendidikan negara lebih membela bangsa dan negara lain dibanding anak didik dan anggota keluarga sendiri. 

Jika ini tak segera diakhiri, akan banyak korban sia-sia karena yang namanya Palestina, setahu saya, tak pernah menggubris apapun perhatian mati-matian dari Indonesia!

Sebagai catatan, sepahaman saya juga, belum ada yang namanya Negara Palestina. Juga belum ada yang namanya bangsa Yahudi di Israel mengingat yang tinggal di sana tidak hanya Yahudi semua. Ada kristen, ada Islam dan campur aduk. Termasuk orang Indonesia yang tinggal di Israel atau yang tinggal Palestina. 

Mengapa aparat dan institusi negara begitu getol memperkarakan orang yang menghina Palestina, negara yang jauhnya 9,008 Km dari Indonesia ? Sementara di sana sedang perang rutin tahunan yang tidak jelas ujung pangkalnya. 

Di sini, di Indonesia, yang menyatu dengan kita, dimana kita hidup, seorang presiden dihina, dibiarkan begitu saja. Menghina Pancasila, memaki petugas dengan anjing dan babi cukup diselesaikan dengan meterai cemban dan ucapan minta maaf. Selesai. 

Apakah Palestina lebih penting dari seorang presiden terbaik dunia macam Jokowi ? Apakah Pancasila yang kita jadikan landasan dasar bernegara lebih rendah daripada Palestina ? Apakah aparat kita yang dimaki cukup selesai dengan meterai, dan malah menghukum mereka yang menghina Hamas “ Palestina” yang kita semua tahu adalah teroris yang mengatasnamakan Palestina ?

Akh, mungkin saya mulai paham. Ini semua bukan persoalan hukum di sini. Ini soal agama. Soal mayoritas. Soal cari perhatian. Kalau sudah begini, debatpun tak menyelesaikan masalah. Tapi kebenaran sedang dipertaruhkan ! 

Baiklah, mari kita catat bersama, bahwa kita telah mengorbankan anak-anak kita, saudara kita sendiri, yang terpidana karena hukum kita lebih peduli bangsa Palestina nun jauh di sana yang hobi berperang dibanding kepentingan bamgsa sendiri. 

Hari ini 20 Mei harusnya kita disadarkan makna Hari Kebangkitan Nasional ( Indonesia ). Kebangkitan sebuah bangsa dan negara Indonesia di atas segala bangsa. Bukan membangkitkan Negara lain yang punya jadual tetap untuk selalu bertikai. Yang selalu mengorbankan rakyatnya sendiri untuk dijadikan tameng saat perang berebut wilayah dan hegemoni. Biarlah itu urusan mereka; Israel dan Palestina. Apakah kita semua tahu soal itu ? I don’t think so. 

Tapi kalau kita semua membiarkan hal ini berlangsung, ya sudahlah. Sak karepmu ! 

Mas Soegeng

20.05.21

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.