Belajar Terus Belajar hingga Dijemput Ajal

Apa yang harus kita lakukan, ketika dijorokin teman ke dalam kolam yang penuh buaya ganas dan kelaparan? Tanpa pikir panjang, dengan segenap tenaga dan kemampuan, kita berenang menjauhi buaya itu. Yang penting, kita terbebas dari bahaya, dan selamat.

Siapapun tentu pernah mengalami. Dijorokin teman, sehingga kita mengalami peristiwa konyol, lucu, pahit, pilu, menyedihkan, dan mungkin juga menyakitkan hati.

Reaksi spontan kita, jika itu negatif adalah misuh , menyalahkan, dan benci. Gara-gara dia, kita tertipu, rugi, bahkan nyaris celaka.

Sebaliknya, jika kita merespon hal itu secara positif. Kita temukan hikmahnya. Teman tega melakukan itu agar kita tidak sekadar teori, tapi langsung praktek dan bekerja. Sehingga kita melihat sisi baik, harapan, hingga masa depan cerah di kemudian hari.

Apapun peristiwa yang terjadi, pahit atau manis, senang atau susah, tidak semestinya kita sikapi reaktif. Apalagi kita langsung mencari kambing hitam dan menyalahkan orang lain.

Alangkah bijak, jika setiap peristiwa atau kejadian itu disyukuri sebagai anugerah Allah. Apapun peran kita, semua itu harus dijalani sebagai rencana indah-Nya. Karena IA selalu memberi yang terbaik agar kita jadi tangguh dan kuat.

Saat senang agar kita tidak lupa diri. Kita diajak berbagi agar orang lain merasakan kebahagiaan kita juga.

Saat kesusahan, sakit, atau alami musibah agar kita makin dekatkan diri pada Allah. Sehingga hati kita diteguhkan. Dan kita menjalani semua itu dengan sukacita, karena penyertaan-Nya.

Belajar, sejatinya hidup ini untuk belajar dan memaknainya. Karena hidup ini sangat berharga. Dengan belajar, hidup kita makin bermakna dan berguna bagi sesama. Hingga saatnya tiba, kita kembali pada-Nya dilimpahi bahagia.

Foto : Tegan Mierle / Unsplash

Belajar dari Seoul, Satu Kartu untuk Semua Moda Transportasi yang Terintegrasi

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang