Oleh ERIZELI JELY BANDARO
Istri saya cerita. Ada keluarga dari istri, istri temannya kena Covid. Hasil test positip. Sebenarnya cukup Isoman. Tetapi suaminya selalu gelisah dengan keadaan istrinya. Dia paranoid akibat berita di sosial media dan media massa. Akhirnya karena sayang sama istrinya, dia paksa istrinya ke Rumah Sakit dengan ambulance. Apa yang terjadi ? Sampai RS, justru dia sendiri yang tumbang. Istrinya diusuruh pulang. Dia diopname. Lima hari dia meninggal. Istrinya sehat saja.
Ada teman yang tidak percaya Covid. Dia tidak mau divaksin, karena dia ada komorbit Diabetes. Dua minggu lalu dia merasakan gejala Covid-19. Test hasilnya Positif. Tetapi karena sudah terlanjut tidak percaya Covid-19, dia tidak mau ke rumah sakit. Setelah parah barulah dilarikan ke RS. Hanya tiga hari lewat. Meninggal.
Ada teman yang stress berat. Karena semua gejala CoVid-19 ada. Dia lakukan test PCR. Hasilnya positif. Padahal dia sudah vaksin. Kesehatannya cepat sekali drop. Berita menakutkan tentang Covid itu menghantui dia terus. Namun saya terus memberikan semangat ke dia untuk sabar dan ikhlas. Apalagi dia tidak ada komorbit. Minta dia tenang dan istirahat di rumah dengan isolasi mandiri.
Matikan semua berita TV tentang Covid. Abaikan semua berita Covid di sosmed. Lima hari sudah sembuh. Sekarang senang.
Apa yang saya ceritakan diatas adalah contoh sederhana. Bahwa baik yang percaya Covid dan yang tidak percaya Covid, sama-sama jadi korban Hoax. Yang percaya Covid setiap hari selalu mencari berita tentang covid. Setelah divaksin, ada berita vaksin tidak efektif untuk varian baru. Apalagi LBP bilang Varian Delta tidak bisa dikendalikan. Merekapun stress. Stress itu pasti menurunka imun dan membuat dia rentan dihajar virus. Yang tidak percaya, kena Covid, karena lalai prokes. Padahal dia ada komorbit. Ketika sakit parah, tidak mau ke RS. Ya mati juga.
Yang aneh, Pemerintah tidak pernah anggap virus hoax ini berbahaya. Proses perang melawan pandemi itu lewat PSBB dan PPKM sangat hebat kekuatan pemerintah. Tetapi jadi useless oleh serangan hoax. Orang tidak patuh prokes PPKM itu karena percaya hoax. Apalagi hoax itu sudah jadi senjata politik menjatuhkan reputasi pemerintah. Lihat aja demo jalan terus. Ada pemda yang ignore atas kerumunan di Pasar Sapi. Bahkan SK Mendegri melarang masjid dibuka, direvisi juga karena usul wapres. Boleh asalkan tidak ada kegiatan ibadah. Tapi karena itu ada pemrof yang menolak kegiatan ibadah dan idul adha dilarang di Masjid.
Mengapa? Di internal pemerintah sendiri tidak semua percaya Covid. Dan tidak semua yang percaya, focus menghadapi Covid secara sistematis. Semua serba reaktif saja. Selagi pemerintah tidak ketat membatasi berita Covid, selama itu juga sulit kita memenangkan perang melawan Covid. Kita baru selesai, setelah uang negara habis, rakyat jatuh miskin semua, chaos politik terjadi, dan Jokowi jatuh. Mau begitu ? Think about it!