Seide.id -Seorang pedagang jamu yang sangat tekun memperhatikan humor pernah mengatakan: “Humor itu serius”
Kriteria humor yang diketahui orang ramai adalah: Membuat orang tertawa.
Jadi, mungkin ada benarnya ungkapan humor itu serius. Karena membuat orang tertawa apalagi masih ‘dituntut’ untuk membuat suatu suasana itu menjadi cair, santai dan gembira itu bukan sesuatu yang mudah. Orang yang dianugrahi ‘selera’ humor pun beragam. Ada yg ‘berani mempraktekkan’ di depan khalayak, sehingga membuatnya termashur dan-tentu saja-makmur.
Ada yang dianugrahi selera humor, tapi malu-malu, ragu-ragu atau sesekali saja mempraktekkannya itu pun hanya di kalangan terdekat.
Banyak juga yang merasa punya selera humor. Kalo kata anakku: “Orang-orang yang tertawa mendengar humor ayah itu, karena mereka bersikap.. sopan-santun saja”…
Itulah ‘humor kejam’ yang sering dihujamkan si bungsu kepadaku.
Berbicara soal selera, kayaknya kriteria humor semakin serius. Ada humor cerdas (smart humour), black humor, humor slapstick-humor kasar yang suka menoyor-noyor kepala orang atau terjatuh dan tertimpa sesuatu, humor tragis, stand up komedian (komik) dan badut.
Muara dari semua humor adalah: tawa. Tapi banyak yang tak mampu membedakan antara: tertawa, tertawa bersama, di tertawakan, menertawakan atau jadi bahan tertawaan. Sekarang banyak artis merasa diri lucu dan mampu membuat org tertawa (mungkin teman dekatnya) sehingga merasa layak menjadi pelawak. Ketika dipentas, sang artis malah tertawa-tawa dan merasa lucu terhadap humornya sendiri, sementara penonton dirumah bingung.
Humor sebegitu seriusnya. Humor dibutuhkan oleh tubuh, bahkan ‘tak bisa dipisahkan dari tubuh manusia’. Wuiih? Hla iya. Humor itu berasal dari istilah bahasa Laten kuno. Orang Inggris menambah huruf ‘u’ jadi humour. Kita langsung mengambilnya, tak lebih tak kurang: humor.
Humor artinnya: Cairan di dalam tubuh manusia yg sangat dibutuhkan untuk kesehatan dan keseimbangan.
Gus Dur adalah salah seorang manusia istimewa dengan kecerdasan dibalut humor yang sangat langka dimiliki oleh orang Indonesia. ‘Syaraf-syaraf’ humor beliau selalu bermunculan secara spontan di hampir setiap kesempatan dan di hampir segala bidang kehidupan, seserius apa pun masalah itu.
Tapi yang paling asyik tentu saja humor-humor beliau tentang politik. Konon, semakin represif suatu negara, maka semakin banyak, liar dan luculah humor-humor yg bermunculan di negara itu. Suatu ketika, grup penerbit Tempo (Grafiti Pers?) ingin mencetak buku humor “Mati ketawa cara Rusia” yang sedang jadi best seller dunia itu. Gus Dur diminta menulis kata pengantarnya.
Diutuslah sesorang menemui beliau. Setelah editor dari fihak penerbit menyerahkan naskah agar bisa dibaca dan dijadikan semacam referensi dalam kata pengantar, sang editor pamit dan akan kembali dalam beberapa hari untuk mengambil tulisan pengantar tersebut. Tapi Gus Dur bilang: “Tunggu aja, sebentar. Saya baca dan tulis. Daripada kamu bolak-balik.., kira-kira berapa halaman kata pengantarnya?”.
Sang editor memberi tahu, bahwa pengantar itu boleh agak panjang beberapa halaman (dalam perkiraannya pasti butuh beberapa hari).
‘Disuruh’ menunggu sebentar, sang editor ragu-ragu tapi menunggu. Konon tak sampai satu jam, tulisan selesai. Dan tulisan itu sama-sekali bukan tulisan ecek-ecek! Tulisan yang bagus, bernas dengan selera humor cerdas, bahkan lengkap dgn sejarah ‘humor getir’ di Rusia. Mungkin itu adalah salah-satu pengantar buku terbaik dan ditulis dalam waktu yang sangat singkat, selama pengalamannya puluhan tahun menjadi editor!…
Humor politik biasanya dibuat dengan semangat tak hanya supaya orang-orang yang meresponnya sekadar tertawa, tapi lebih untuk mengolok-olok, menertawakan kebijakan, cara kerja atau bahkan kelakuan atau sikap pribadi sang politisi.
Banyak sekali humor politik, jika kita sengaja mencarinya di mesin pencari. Bahkan ada beberapa yang kita hafal di luar kepala. Kita hanya tinggal ‘membuka file’ ingatan saja.
Misalnya yang membuatku tersenyum ini: Seorang politisi berkampanye di suatu desa. Dia sesumbar dan berkoar-koar bahwa dia akan membangun jembatan di desa nan elok itu (padahal desa itu gersang). Asistennya terkejut, lalu berbisik mengingatkan bahwa di desa itu tak ada sungai, jadi kenapa harus membuat jembatan?. Tapi sang politisi berkata lantang: “Ooh tentu.., terlebih dulu, saya akan membuat sungai di desa ini!”
Banyak juga humor-humor politik yang terjadi ‘tanpa sengaja’. Artinya tanpa niat untuk membuat humor atau bahkan ‘tanpa disadari’ oleh sang politisi, tapi bisa membuat kita tertawa-tawa.
Seperti ilustrasi di foto ini...
Kita hanya bisa menduga-duga belaka sambil tertawa-tawa, adakah yang dimaksud adalah ‘Meet & Greet‘ atau jangan-jangan memang ‘Meat & Great‘ nian?!.
Meat (daging) & Great
Seorang pembawa acara sebuah stasiun televisi pernah ‘menggadang-gadang’, (gadang bahasa Minang artinya: besar, great) bahwa orang muda-yang konon sekolah dan lama di luar negri-di foto itu sebagai ‘calon gubernur besar masa depan’ (hla, ya jelas masa depanlaaah,…’kan memang baru calon). Tapi sang pembawa acara, sejauh ingatanku tak pernah menyebut-nyebut tentang daging (meat)…?
(Aries Tanjung)