HUMOR PASUTRI: Nonton Bioskop Berdua Istri

Kembang Api

Oleh HARRY TJAHJONO

MEMANG tidak semua suami enggan nonton bioskop berdua istri. Namun, mengapa ada (mungkin banyak) suami yang enggan nonton bioskop berdua istri? Kecenderungan semacam itu semakin kentara  ketika usia perkawinan sudah berlangsung di atas 10 tahun. Di kantor Doni, soal nonton bioskop berdua istri hari ini jadi trending obrolan selepas makan siang.

“Kalau saya, lebih karena perbedaan selera. Istri saya yang sepenuhnya jadi ibu rumah tangga, sangat menyukai jenis film drama. Artinya, seleranya tetap seperti ketika masih remaja. Tidak mengalami perubahan berarti. Sedangkan saya, karena pergaulan di luar rumah mempengaruhi sekaligus memperluas wawasan, membuat saya suka jenis film yang berbau politik, atau action,” kata Sofyan.

“Betul. Saya juga begitu. Untunglah sekarang ada sineplex. Jadi, dari rumah, saya dan istri berangkat bareng. Sampai di tempat, masing-masing membeli karcis sesuai film yang kami senangi. Pulangnya bareng lagi,” timpal Indra.

“Lha kalau begitu itu sih namanya nggak nonton berdua. Kalau nonton berdua itu ya duduk sama-sama di satu gedung, lalu nonton film yang sama. Kalau yang kamu bilang itu sih cuma jalan bareng, bukan nonton bareng,” sergah Mas Greg.

Indra nyengir. “Kamu sendiri bagaimana?”

“Saya?” Mas Greg terperangah.

“Iya. Kamu sendiri bagaimana?” tanya Mas Cis yang sedari tadi cuman diam.

“Saya…, ha ha ha! Setiap kali nonton berdua istri, bukannya terhibur tapi malah jadi jengkel?”

“Lho?” kata Doni takjub.

“Bagaimana nggak jengkel? Kalau nonton film berdua, tiap sebentar istri saya selalu bertanya atau memberi komentar. Kalau ada penjahat yang mengendap di belakang sang jagoan, misalnya, istri saya pasti membisikkan komentar…, ayo nengok ke belakang, dong…, nengok dong…, ada musuh tuh. Begitu juga kalau sang jagoan sudah memeluk gadis yang berhasil diselamatkan, umpamanya, istri saya menyuruh sang jagoan mencium. Ayo…, disun dong, begitu istri saya membisikkan instruksinya. Pokoknya kalau nonton film, istri saya pasti ikut-ikutan jadi sutradara. Itu kan membuat konsentrasi saya jadi buyar. Apalagi orang yang duduk di sebelah saya kan mendengar bisikan itu,  mereka jadi gelisah, dan saya juga jadi risih, malu, jengkel!” jelas Mas Greg.

“Kok hampir sama ya dengan yang saya alami,” kata Badrun sambil geleng-geleng kepala.

“Oya?” celetuk Doni makin takjub.

“Nggak persis sama, sih…, cuma mirip.”

“Mirip apanya?” tanya Doni penasaran.

“Mirip anunya…, komentarnya, eh…, istri saya kan paling demen nonton film horor. Saya juga demen film serem. Jadinya pas. Cocok,” kata Badrun terbata-bata.

“Terus? Karena cocok, kamu sering nonton film serem berdua istrimu?” desak Mas Cis.

“Dulu iya…, sekarang nggak lagi. Sebel,” sahut Badrun.

“Kenapa sebel?” desak Doni.

“Ya itu tadi…, tiap kali nonton berdua, istri saya sering jejeritan. Ketakutan. Dulu, waktu masih pacaran, saya sih senang. Soalnya sambil ketakutan begitu pasti dia memeluk saya. Sekarang saya malu. Habisya, waktu istri saya menjerit ketakutan, semua penonton yang ada di gedung bioskop pada nonton dia. Kan malu?” kata Badrun apa adanya.

Mas Cis tertawa.

“Kamu sendiri bagaimana?” tanya Mas Greg menukas tawa Mas Greg.

“Sama. Saya juga males kalau mesti nonton berdua istri,” sahut Mas Cis kalem.

“Malesnya?” tanya Doni mengusut.

“Yaah…, tiap kali noton…, istri saya selalu mampir di kantin atau di supermarket dulu. Beli bermacam-macam kue dan minuman. Lalu, kalau sudah di dalam gedung, istri saya tak henti menawarkan makanan ini itu. Jadinya, sambil nonton, saya jadi sibuk menolak atau mengiyakan tawarannya,” kata Mas Cis.

“Nonton sambil ngemil kan malah enak?” tanya Badrun.

“Enak gundulmu itu! Lha kalau tiap sebentar ditawari makan kacang lalu permen lalu tahu isi lalu teh kotak…, jadinya kan ruwet. Konsentrasi jadi bubar. Belum lagi diganggu perasaan risih, karena penonton lain sering memandang dengan mata aneh, mungkin sambil bertanya-tanya dalam hati…, istri saya itu nonton atau piknik, kok makanannya banyak sekali. Kacau kan?” sahut Mas Cis.

Badrun manggut-manggut kemudian menoleh pada Doni dan bertanya, “Lha kalau kamu bagaimana?”

Sudah Doni duga, akhirnya akan sampai juga gilirannya untuk mengungkapkan “rahasia rumah tangga” yang sebetulnya tak ingin dibeberkan pada orang lain. Tapi, teman-temannya terus mendesak. Tak dapat tidak Doni memang harus berterus-terang.

“Ya…, sudah lama saya nggak nonton bioskop berdua istri,” kata Doni memulai.

“Sebabnya apa?” Desak Badrun.

“Ya…, sebabnya banyak. Dalam rangka penghematan, karena harga karcis bioskop kan cukup mahal,” kata Doni.

“Ah, masa iya cuma gara-gara harga karcis?”

“Memang ada lagi sebab lainnya sih,” kata Doni.

“Apa? Yang jujur saja dong!” desak Indra.

“Ayolah! Toh ini bukan masalah serius,” desak Mas Greg.

“Ya…., karena…, karena setiap nonton bioskop berdua istri…, dia selalu tertidur…,” kata Doni terbata-bata.

“Tertidur?”

“Iya…, mungkin karena ruangan ber-AC, maka lima menit setelah film main, istri saya langsung mengantuk. Kemudian sepuluh menit berikutnya langsung tidur lelap, dan baru terbangun setelah film selesai…, lampu dihidupkan. Itu pun harus saya bangunkan,” kata Doni sejujurnya.

“Wah, enak dong kalau istrinya tertidur. Jadinya nggak ada yang berkomentar begini-begitu,” kata Mas Cis.

“Memang iya. Tapi, begitu sampai di rumah, saya jadi nggak bisa istirahat,” kata Doni apa adanya.

“Kenapa begitu?”

“Iya…, soalnya saya harus menceritakan film yang baru kami tonton berdua. Gimana, coba?” kata Doni tetap apa adanya. *

Avatar photo

About Harry Tjahjono

Jurnalis, Novelis, Pencipta Lagu, Penghayat Humor, Penulis Skenario Serial Si Doel Anak Sekolahan, Penerima Piala Maya dan Piala Citra 2020 untuk Lagu Harta Berharga sebagai Theme Song Film Keluarga Cemara