HUMOR PASUTRI: Sumur di Ladang Istri

pasutri

Oleh HARRY TJAHJONO

Kalau ada sumur di ladang, bolehlah kita menumpang mandi. Kalau ada umur panjang, bolehlah kita punya anak lagi. Demikian dikatakan Mas Sur, teman sekantor Doni, tatkala mengabarkan bahwa istrinya melahirkan anaknya yang keempat.

“Dengan anak saya yang ketiga, terpaut 12 tahun,” sambung Mas Sur dalam gumam.

Doni ikut bahagia. Tapi, rupanya bola mata Mas Sur gagal menyembunyikan rasa cemas.

“Umur saya sekarang 43 tahun. Istri saya 40 tahun. Tujuh tahun lagi, umur saya genap 50, dan anak keempat saya baru berusia 7 tahun. Umur 55, saya pensiun, dan anak keempat saya baru lulus SD…,” dan Mas Sur menarik napas, membendung keluh-kesah yang nyaris keceplosan.

Seperti biasanya, Mas Sur memang selalu membuka percakapan dengan nada optimistis dan ditutup kesimpulan yang pesimistis. Polanya selalu begitu. Kali ini tampaknya juga demikian.

“Mas Sur mestinya bersyukur, karena tidak bernasib seperti mereka yang seumur hidupnya tidak dikaruniai anak,” kata Doni.

“Ya, ya…., banyak anak, banyak rejeki,” sahut Mas Sur mencoba optimis dengan mengutip nasihat orangtua pra-KB.

Doni mengangguk, meski ngeri dituduh memboikot program kependudukan internasional.

“Tapi…, terus terang saja…, waktu istri saya mengatakan bahwa dia hamil…, saya kaget….,”  lanjut Mas Sur terbata-bata.

“Kaget kenapa?”

“Ya kaget saja. Kaget, karena selama 12 tahun saya terlanjur menganggap anak ketiga kami sebagai anak bungsu. Tak pernah terpikir akan punya anak lagi. Apalagi istri saya sudah ikut KB.”

“Lha kok bisa hamil?” tanya Doni.

Mas Sur menarik napas, membiarkan Donia menunggu jawabannya.

“Setelah anak ketiga kami lahir, istri saya ikut KB. Tapi, setahun terakhir ini dia memutuskan berhenti KB,” kata Mas Sur.

“Ooo…”

“Waktu istri saya mengatakan tidak mau ikut KB lagi, saya juga bilang ooo…”

“Maksud saya…, keputusan berhenti KB itu tentu karena ingin punya anak lagi,” kata Doni bermaksud meralat.

Mas Sur menggeleng, lalu mengangguk, membuat Doni bingung.

“Sejak saya berumur 40 tahun, tabiat istri saya menjadi sulit ditebak,” kata Mas Sur.

Doni  makin bingung, karena Mas Sur menyamakan istrinya dengan TTS atau lotere yang harus ditebak.

“Itu karena dia percaya bahwa pria di usia 40 tahun akan mengalami puber kedua. Maka dari itu dia lalu memperketat pengawasan, selalu memonitor kehidupan saya. Selain itu, dia juga berusaha melawan usia tua yang membuat tubuhnya menjadi gemuk. Maka dia ikut senam, rajin ke salon, setiap hari selalu berusaha tampil cantik dan menarik,” kata Mas Sur.

“Wah…, asyik dong punya istri yang setiap hari selalu tampil cantik dan menarik!” puji Doni agak iri.

“Memang asyik, kalau saja semua itu bisa didapat secara gratis,” sahut Mas Sur datar dan hambar.

“Gratis gimana?” tanya Doni.

“Ya gratis, tanpa keluar ongkos. Tapi, kenyataannya kan tidak? Semua harus bayar. Senam, salon, parfum, perabot make-up, baju baru…, dan banyak lagi pengeluaran ekstra yang mesti saya penuhi. Itu membuat saya harus bekerja lebih keras lagi. Harus makin rajin ngobyek sana-sini,” ucap Mas Sur.

“Ooo…”

“Toh, salon, senam, parfum dan lain sebaginya itu tetap saja tak mampu membuat istri saya merasa tenang. Dia tetap saja khawatir saya akan berpaling pada wanita lain yang membuatnya memutuskan berhenti ikut KB,” lanjut Mas Sur.

“Oo…,” Doni meng-oo.

“Memang oo! Sebab, setelah tak mampu melawan usia tua dan gagal menaklukkan kegemukan, maka dia beranggapan bahwa yang bisa mengikat kebersamaan kami hanyalah kehadiran bayi. Dan kenyataannya memang begitu…, saya jadi makin terikat,” kata Mas Sur.

“Tentu karena Mas Sur sangat mencintai si bungsu.”

“Kalau cinta pada anak, kan memang harus,” sahut Mas Sur.

“Iya, ya…, lha berarti kan nggak ada masalah to?” kata Doni.

“Nggak ada masalah bagaimana? Coba bayangkan. Selama 12 tahun saya terlanjur terbiasa tidur berdua dengan istri. Hanya berdua, karena ketiga anak saya sudah besar, tidur di kamarnya masing-masing. Kemudian, tiba-tiba saja saya sekarang harus tidur bertiga dengan bayi, yang kalau malam ngompol dan mau tak mau saya terpaksa bangun untuk mengganti popok. Belum lagi kalau…”

Terus terang saja, Doni tak sudi mendengar lanjutan keluh-kesah yang diucapkan Mas Sur. Betapapun, Doni juga seorang ayah yang pernah mengalami kerepotan punya bayi. Bagi Doni, segala kerepotan itu merupakan bagian penting dari kebahagian rumah tangga.

“Saya ijin dulu ya, Dik,” kata Mas Sur.

Doni tergeragap, menatap Mas Sur yang rupanya sudah selesai memuntahkan keluh-kesahnya.

“Ijin?” tanya Doni.

“Iya…, saya ada janji dengan Susi…,” kata Mas Sur.

“Susi?”

Mas Sur tampak tercekat, senyum tersipu. Doni jadi maklum.

“Umur istrimu berapa to, Dik?” tanya Mas Sur terkesan mengalihkan persoalan.

“Tiga puluh enam…” jawab Doni.

“Lha kamu?” tanya Mas Sur.

“Tiga sembilan…” jawab Doni.

“Hm…, tahun depan, mungkin kamu juga akan mengalami apa yang sekarang ini saya alami bersama Susi,””kata Mas Sur.

“Puber kedua?” tanya Doni was-was.

“Bah…, jangan pernah percaya adanya puber kedua!” kata Mas Sur.

“Lha mengalami apa?” tanya Doni lagi.

“Mengalami keinginan untuk sesaat saja, sejam dua jam saja, berduaan dengan wanita. Hanya berdua, tak ada anak, apalagi bayi…., seperti yang pernah saya alami 12 tahun sebelum si bungsu hadir. Dan keinginan sederhana itu tak ada hubungannya dengan puber kedua, Dik. Sungguh! Ah…, sudahlah, saya ijin dulu. Nanti kalau bos tanya, bilang saja saya ngurus SIM,” kata Mas Sur, lantas berlalu pergi.

Doni. Terngiang kembali peribahasa tentang sumur yang tadi dijadikan pembuka percakapan oleh Mas Sur. Jika kencan Mas Sur dengan Susi keterusan, kiasan peribahasa sumur itu bisa-bisa berubah menjadi: kalau ada umur panjang, bolehkah kita kawin lagi.…

Dan tahun depan, ketika umur Doni genap 40 tahun, apakah juga akan terjadi, kriiing! “Halo…, Mas…,” terdengar suara merdu Dona lewat kabel telepon. Suara yang sangat Doni hapal hingga desahnya yang selalu enak didengar.

“Ada apa, sayang?” sahut Doni mesra.

“Anu…, saya berhenti KB ya….” jawab Dona to the point.

Doni merasa tercekik. Uf! Jangan-jangan Doni sudah harus menggali sumur sebelum umur genap 40 tahun. Uf uf uf!***

Avatar photo

About Harry Tjahjono

Jurnalis, Novelis, Pencipta Lagu, Penghayat Humor, Penulis Skenario Serial Si Doel Anak Sekolahan, Penerima Piala Maya dan Piala Citra 2020 untuk Lagu Harta Berharga sebagai Theme Song Film Keluarga Cemara