Seide.id -Siapa di antara kita yang tidak mempunyai hutang? Hutang itu hal biasa. Hidup tanpa hutang itu ibarat sayur tanpa garam. Jadi, lebih baik jujur, dan tidak perlu malu.
Hutang? Nggak-lah. Hidup kita sederhana. Hutang itu beban, bikin stres dan susah tidur. Lebih baik kita mensyukuri yang ada, dan bahagia.
Jika kita tidak mempunyai hutang itu bagus. Hidup jadi nyaman dan tenang. Namun ada juga di antara kita yang mempunyai prinsip: tanpa hutang, hidup itu tanpa gairah dan semangat. Hidup itu tidak ada tantangan. Fakta itu umumnya dikemukakan oleh para pebisnis. Suntikan modal untuk memantapkan usaha. Berhutang untuk ekspansi, pengembangan usaha, dan seterusnya.
Fakta yang lain, ada juga orang yang berhutang, karena faktor ekonomi. Hutang digunakan untuk berobat ke dokter, biaya sekolah, atau untuk makan sehari-hari. Yang lebih konyol lagi, jika berhutang itu sebagai gaya hidup dan demi gengsi.
Sesungguhnya, semua orang itu mempunyai hutang, baik hutang budi, kebaikan, barang, atau hutang yang lain. Bahkan, jika kita mau jujur, ada hutang yang tidak bakal terlunasi, hingga kita mati…
Coba direnungkan dan diresapi.
Sesungguhnya, hidup ini anugerah Allah. Jika udara yang kita hirup ini harus bayar, mungkinkah kita mampu untuk membayarnya?
Alangkah bijak, jika kita menyikapi hal itu dengan rendah hati.
Sesungguhnya, kendatipun kita mempunyai tanah berhektar-hektar, gudang uang, jabatan, atau sederet gelar prestise, semua itu tidak lebih sebagai cantelan dan titipan semata.
Sesungguhnya, tidak ada manusia sebagai makhluk sosial yang dapat hidup sendiri tanpa orang lain.
Sesungguhnya, hidup kita saling bergantung dan saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain.
Ketika, kita sungguh sadar diri, bahwa hidup ini anugerah Allah. Adakah yang pantas untuk disombongkan?
Apa pun yang kita punyai selama peziarahan di dunia ini, hanya sebatas HGP, hak guna pakai. Sehingga saat kita kembali kepada Sang Pencipta, semua itu harus ditinggal, karena itu milik-Nya.
Apa pun yang kita punyai itu tidak lebih sebagai sarana, tidak sebagai tujuan hidup kita di dunia. Tapi kita hidup untuk mengabdi pada Allah.
Jika kita sadar diri dan pahami, tujuan hidup ini, sesungguhnya kita diajak untuk berbagi, karena Allah murah hati.
Dengan semangat berbagi, kita meneruskan anugerah Allah pada sesama.
Ikhlas, karena kita dikasihi Allah agar hidup kita berkualitas.
…
Mas Redjo /Red-Joss.com