Aku jarang membagi oleh-oleh cerita tentang kotbah jum’at. Karena biasanya hanya mengancam-ngancam dan menakut-nakuti.
Tapi ini kali lain.
Ibadah terbagi dalam dua perkara penting. Ada ibadah ritual (shalat, puasa, mengaji dll). Ada ibadah sosial (silaturahim, berprilaku baik terhadap kerabat, tetangga dst) Dalam bahasa Arab dikenal dgn: Hablumminallah dan Hablumminannas (semoga ejaannya tak salah).
Jika orang rajin beribadah ritual, itu tentu baik-baik saja. Tapi, ibadah sosial tak kalah penting, jika tak ingin dikatakan bahkan lebih penting.
Ibadah ritual jika berhalangan, bisa ‘dibayar’ dengan ibadah sosial. Misalnya, berhalangan menjalankan puasa karena sakit, bisa diganti dengan memberikan apa yang kita makan kepada orang yang berhak. Itulah ibadah sosial
Tapi jika kita cedera dalam beribadah sosial, tak bisa ‘diganti’ dengan ibadah ritual. Misalnya kita melukai atau mencaci-maki manusia lain atau berkata tak seperti yang diperbuat seseorang, maka ‘cedera sosial‘ itu tak bisa diganti, ditukar atau ‘diobati’ dengan ibadah ritual.
Yang bisa dilakukan adalah: meminta ma’af kepada orang yang telah kita cederai dan berdo’a semoga orang yang kita cederai itu mau mema’afkan.
Tak ada cara lain…
(Aries Tanjung)