Ibu, Mata Air Kasih yang Tak Pernah Kering

Siapakah orang yang paling berjasa bagi kita? Selain Ayah, tentu Ibu, karena ia yang melahirkan, merawat, mendidik, dan mengajari makna kasih sayang yang hakiki.

Dari Ibu, saya belajar banyak untuk menjadi pribadi yang peka dan peduli. Ibu yang ringan tangan dan cekatan. Pekerjaan rumah tangga dikerjakan oleh Ibu demi cinta keluarga.

Ketulusan kasih Ibu membuat saya ingin selalu didekap dan dipeluknya dengan cinta. Bagi saya, Ibu itu ibarat sumber mata air yang jernih, bening, dan tak pernah kering.

Hingga hari ini, saya merasa sulit untuk memahami perasaan kasih Ibu yang sesungguhnya. Sekalipun kami, anak-anaknya berbuat salah, Ibu tidak menyalahkan, apalagi menghakimi.

“Jangan diulang lagi, ya, Le. Bapak marah, karena kau main melulu lupa waktu, belajar….” Ibu tidak membela kami, tapi memberi jalan ke luar dan solusi. Ketika kami ribut dengan tugas pembagian pekerjaan di rumah karena malas atau lupa untuk mengerjakan, Ibu mengambil alih pekerjaan itu.

“Le, hidup itu harus berani belajar untuk ikhlas. Saling mengisi tanpa iri agar kita tidak sakit hati,” jelas Ibu sambil tersenyum. Maksud Ibu jelas agar kami memaknai kata-katanya itu untuk bekal hidup di kemudian hari.

Ibu adalah laut kesabaran bagi keluarga. Padahal, maaf, Ibu tidak berpendidikan, bahkan tidak sekolah. Pengalaman hidup merantau di masa perjuangan membuat Ibu tabah dan sabar.

Ibu juga mengajari kami untuk rukun, peduli, dan berjuang untuk mandiri agar tidak merepotkan yang lain. Yang utama adalah agar kami saling tolong menolong untuk hidup guyup dan rukun.

Di akhir hayat Ibu, ketika saya menjemput istri dan anak-anak untuk berpamitan mudik ke Jakarta.
Ibu meminta pada saya untuk mendahulukan keluarga, jika Ibu meninggal dunia.

“Ibu kok ngomongnya ngelantur!” tukas saya sambil mengamati wajah Ibu yang selalu sumringah. Senyum Ibu membuat saya mafhum. Faham. Untuk menjadi pribadi yang rendah hati, kita diajak berani untuk mendahulukan kepentingan orang lain dan memahaminya.

Sebulan kemudian Ibu meninggal dunia. Saya pulang ke Ambarawa dengan tenang dan tabah. Teladan Ibu bertumbuh subur di hati saya dan berbuah… (MR)

Kasih itu Tidak untuk Dimengerti, tapi Dipahami

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang