Foto : Olya Adamovich / Pixabay
Penulis : Jlitheng
Rasa kagum saya tertuju pada seorang anak remaja yang dipanggil Tio oleh bapaknya.
Sejak pagi ayahnya yang tukang itu bekerja seorang diri, karena rekannya berhalangan.
Dari balik telepon, tukang itu menjawab: “Iya sendiri, teman Bapak tidak datang, karena beberes rumahnya yang kebanjiran.”
“Mas Tio nggak usah datang. Pulang sekolah di rumah saja. Istirahat,” lanjutnya. Kemudian saya bertanya siapa itu, jawabnya: “Anak saya, mau nyusul ke sini. Katanya, kasihan Bapak sendiri.”
Betul, tidak lama dibicarakan, Tio muncul, dan siap membantu Ayahnya.
Anak ini memang trengginas. Sudah beberapa hari, ketika libur sekolah, Tio bekerja untuk membantu Ayahnya. Kerjanya terampil sekali. Bahkan luar biasa.
Ibarat buah, dia adalah buah yang berasal dari pohon yang baik. Berarti, bibit pohon itu juga pasti baik. Ditanam di tanah yang subur, dipupuk, disiram setiap hari, dan dipagari dengan ketekunan dan dengan kasih sayang. Maka pohon itu pasti tumbuh sehat, kuat dan berbuah lebat. Dan buahnyapun bermutu.
Pohon itu adalah Ayah dan Ibunya. Ya, tumbuh dari sebuah keluarga yang kokoh, saling mengasihi dan bekerja keras. Dari pohon yang baik itulah buah yang luar biasa, seperti Tio itu berasal.
“Ibu yang menyusui dan ayah yang berbahagia.“
Salam sehat dan tetap berbagi cahaya.