Ida Royani

Seide Pada era ’70-80an dunia musik remaja kita, ruang dengar remaja kita, gaya hidup remaja kita, boleh dibilang ‘dikuasai’ oleh jenis-jenis musik: pop, rock, rock’n roll, blues, mulai sedikit-sedikit mengenal jazz, dll. Tapi ada 2 jenis musik kita yang meliuk-liuk, melipir, jinjit-jinjit, sesekali melompat dan melongok-longok,… untuk pada akhirnya digemari. Sejajar dengan jenis-jenis musik impor yang terus menyerbu telinga. Nama jenis musiknya: Keroncong dan Gambang Kromong!

Keroncong, memang bukan musik asli kita. Konon dibawa oleh para pelaut Portugis. Para petualang hebat itu, datang jauh-jauh dari kampung halamannya, jauh sebelum kedatangan Inggris dan Belanda. Mereka seperti berkelebat saja. Berhasil menemukan tempat baru, menaklukkan, meninggalkan jejak, lalu pergi. Bukan menetap dan menguasai. Lalu, musik Keroncong itu diadaptasi sedemikian rupa menjadi ‘musik kita’ dan cocok di telinga (terutama orang-orang tua, kita).

Demikian juga: Gambang Kromong. Konon dibawa oleh para pelaut, petualang dari Cina. Seperti Keroncong yang berkembang di kota pelabuhan yang pada umumnya juga berkembang pesat bernama Betawi, lalu Jayakarta, lalu Jakarta, budaya Cina lebih banyak yang diadaptasi oleh masyarakat Betawi. Musik (dalam hal ini: Gambang Kromong), hanya bagian saja dari rangkaian budaya yg diadaptasi itu. Ada: Lenong, Barongsai, Wayang Potehi, Tan Ji Dor, Cokek, Sambrah dll.

Seorang teman Betawi, yang rumahnya digunakan untuk latihan Gambang Kromong bercerita bahwa Gambrang Kromong itu berbeda dengan Sambrah. Keroncong Kemayoran berbeda dengan Stambul. Rebana, berbeda dengan terbang,… dan seterusnya.

Nah, membicarakan Gambang Kromong, tak mungkin tak membicarakan seniman Betawi jenius, serba bisa: Benjamin Su’aeb. Seniman Betawi multitalenta ini jago berimprovisasi ketika menyanyi, spontan, kocak. Dan bisa serius ketika berperan untuk film (bang Ben pernah meraih Piala Citra untuk perannya di film “Intan Berduri”,… dan dia bermain serius, dalam arti tak ndagel).

Membicarakan Benjamin, tak mungkin tak membicarakan penyanyi pasangan duetnya, yaitu “Si centil” (julukan ini pun digagas oleh Benjamin):… Ida Royani.

Penyanyi bertubuh mungil, berkulit agak gelap, bermata besar, tajam dan indah ini, ketika aku mengintip di medsos, ada tulisan yang menggathuk-gathukkan, Ida Royani ketika muda mirip dengan bintang sinetron yang menikah dengan anak seorang pengusaha kaya. Tapi menurutku, ida Royani memiliki sorot mata yang lebih tajam dan pasti… lebih cerdas.

Bersekolah di Inggris, Ida Royani sangat berhasrat menjadi model dan perancang busana. Dengan bekal wajah menarik, tatapan berbinar, rambut hitam tebal dan postur tubuh mungil, tentu sangat mudah baginya untuk menjadi model. Baik model sampul majalah, mau pun model merk-merk produk kosmetik atau busana.

Tapi, namanya moncer justru ketika dia menjadi penyanyi. ‘Kecentilannya’ sungguh menggoda seorang Benjamin Su’aeb, yang sedang mencari-cari pasangan menyanyi yang pas. Benyamin memang seperti mencari-cari terus pasangan menyanyi. Mulai dari: Ineke Kusumawati, Yatni Ardi, Vivi Sumanti dll. Tapi, penyanyi yang paling pas dan bisa mengimbangi improvisasi bang Ben memang,… tak lain dan tak bukan adalah: Ida Royani.

Tak ayal,…Gambang Kromong, melejit di sela-sela lagu-lagu rock, blues, pop dan jazz (yang mulai ‘dikenal’ telinga) remaja kita di era itu.

Ketika namanya di dunia musik (atau Ida Royani sendiri?) mulai menapaki titik jenuh, Ida Royani seperti kembali teringat minat lamanya yaitu,… merancang busana. Maka, dia mulai kembali mencorat-coret gegasannya. Tak lama kemudian, dia menjelma menjadi perancang busana muslim. Mungkin perancang busana muslim pertama. Atau paling tidak, dia sudah memulai merancang busana muslim (muslimah) jauh sebelum para perancang lain memulainya.

Kehidupan pribadi dan pernikahannya dengan Keenan Nasution, musisi yang sangat disegani di kancah musik pop elite Indonesia (aku lebih suka mengistilahkannya: “pop bertanggung jawab” ), cenderung tak begitu banyak diketahui publik. Boleh jadi karena kehidupan rumah-tangganya relatif biak-baik saja. Itulah sifat gosip: “Jika kehidupan anda baik-baik saja, berarti tak ada sesuatu yang menarik untuk digunjingkan, diberitakan atau digosipkan”

Sekarang, anaknya yang bernama Jenahara Nasution yang juga cantik dengan paras yang mirip ibunya, mengikuti jejak sang ibu, menjadi perancang busana muslim. Nama Jenahara sebagai perancang juga mulai dikenal.

Ida Royani, meski sudah menginjak usia 70 tahun, tapi melihat sosoknya yang mungil, tetap cantik dan awet muda. .. waktu baginya, seakan-akan berhenti bergulir.. berhenti berdenyut.

Terimakasih mpok..celetukan-celetukan kocaknye waktu duet sama bang Ben, asoy bangeeet…


Ilustrasi: Ida Royani, aku orat-oret beberapa menit lalu. Dengan media pensil dan akrilik di kertas linen berukuran sekitar 40x30cm…

(Aries Tanjung)

Blues