Setiap orang, pasti punya idola. Tentu saja idola akan berubah seturut usia. Misalnya waktu kecil atau remaja, kita mengidolakan pemain film, band, penyanyi, tokoh berpengaruh, aktifis pembela kemanusiaan, ulama dll. Tokoh politik? Mungkin saja ada, kenapa tidak. Setelah dewasa, mungkinkah kita tetap mengidolakannya? Banyak yg ketika kecil atau remaja, setelah dewasa, kita tak lagi mengidolakannya. Karena mungkin sang idola di mata kita (pun di mata umum) tak lagi mempunyai karya yg layak diidolakan. Atau sang idola seturut usia, ‘menghilang’ atau secara alamiah merambah profesi lain demi kelangsungan hidupnya. Ada juga yg merasa lucu dan aneh,…kok dulu ketika remaja, bisa-bisanya mengidolakan orang ini?
Pernahkah dunsanak mengidolakan seseorang, hanya dari sosoknya? Karena kecantikan, ketampanan atau keeksentrikan penampilannya saja? Tapi dunsanak tak mengetahui, apa ptofesi orang itu, apa karyanya, apakah dia itu musisi, penyanyi atau tokoh publik, bahkan tak tau sekadar namanya?
Ketika remaja, aku tentu pernah. Ada bbrp malah. Dulu, ketika awal-awal SMA, ada trend di mana buku-buku tulis, mutu kertas mulai membaik, tak lagi kertas kasar seperti zaman sekolah sebelumnya. Sampulnya, dihiasi gambar-gambar idola remaja. Umumnya bintang film, grup band atau penyanyi. Untuk mengikuti trend itu, aku punya cara (yg menurutku) lebih keren. Wajah-wajah bintang film, penyanyi (sekarang disebut celebrity, atau celebritas?) itu aku lukis. Wajah-wajah familar di kalangan remaja waktu itu, tapi tak diketahui kiprahnya. Apakah dia musisi, penyanyi atau bintang film. Aku lukis dgn ballpoint (wah, dulu ada ballpoin 2 warna dlm satu ballpoin rasanya sdh gaya sekali!) di atas kertas folio. Eh kertas buram ding, folio sdh agak mahal. Lalu ditempel (tepatnya disisipkan di sampul)
lalu dilapisi sampul plastik. Wuiiih!
Banyak di antara celebity itu yg (kabanyakan penyanyi) aku hanya familiar dgn wajahnya. Kiprah dan karyanya, baru aku ketahui belakangan setelah agak dewasa, haha.
Ada: Melanie. Aku lukis karena cantik, dgn mata indah dan bulu-bulu mata lentik. Belakangan baru aku ketahui, ternyata penyanyi lagu-lagu balada. Alice Cooper, karena eksentrik. Wajahnya tampan tapi menyeramkan. Dgn hidung melengkung, mata yg diberi celak(?) hitam. Mulut menyeringai seperti ada darah. Dgn rambut gondrong yg selalu digelantungi…ular! Marc Bolan. Wajahnya sering aku lihat melalui poster besar di dinding kamar temanku. Tapi dia tak tau yg mana musik atau lagu-lagunya!.
Bahkan sampai sekarang pun, masih kerap terlihat lukisan Che Guevara di bak truk. Jangankan sopir truk atau bos pemilik truk. Bahkan banyak di antara kita tak tau siapa tokoh itu. Tapi sangat akrab dgn wajahnya. Che yg tampan ini adalah lambang perlawanan terhadap kemapanan. Dia adalah dokter dan aktifis berkebangsaan Argentina, yg menjadi salah seorang penting dlm pergerakan Kuba. Meninggal dlm usia yg sangat muda, 40 tahun kurang bbrp bulan, dalam keadaan sakit-sakit dan merana di Bolivia.
Orang jadul, ‘mengidolakan wajah’ seseorang tanpa mengetahui kiprahnya, bolehjadi beralasan bahwa tak ada informasi mengenai idolanya itu. Tapi anak sekarang atau orang sekarang, tak bisa mengelak. Karena data tentang sang idola, begitu banyak berserak.
Aku pernah mengunjungi seorang teman yg sedang dirawat di suatu rumah sakit. Entah kenapa, waktu itu aku agak terburu-buru. Memakai ‘busana kebesaran’ asal jambret saja. ‘Busana kebesaran’ itu bukan berarti longgar, tapi busana yg paling nyaman dipakai di segala suasana. Beruntung aku bekerja di media. Karena tak jadi masalah jika memakai T-shirt, ‘busana kebesaran’ku.
Agak tak menyangka, di dalam kamar perawatan rumah sakit itu, sudah ada bbrp teman-teman dari temanku yg dirawat itu. Meski menengok teman yg sakit, tapi suasananya santai. Wajah tak berkerut, tak nyureng, bahkan sesekali terdengar suara tawa lepas dari temanku yg justru sedang dirawat. Ketika aku masuk, menyapa, ada yg nyeletuk mengomentari T-shirt yg aku pakai. “Whuiiih,…Greatful Dead”. Bbrp org menoleh. Lalu berkomentar tentang grup musik ini secara detail. Bahwa, grup musik ini jarang sekali dibuat kaosnya. Grup musik Amerika ini unik. Aliran musiknya boleh dibilang campur aduk, meski dasarnya rock. Tapi bisa blues, balada, country, bluegrass, reggae bahkan jazz. Semua aliran musik itu bisa mereka mainkan dgn asyik.
Bolehjadi karena Jerry Garcia gitaris, penulis lagu dan vocalis utamanya, asyik, santai, tapi jago banget bermain gitar. Cara memainkan dan sound gitarnya yg kadang…ngegeleong, agak distorsi dan ngelangut itu seperti menyatu dgn lagu yg ditulisnya. Tak heran jika Jerry Garcia menjadi salah-satu dari 100 gitaris yg bukan cuma jago dan terampil dalam bermain gitar, tapi dia juga menjadi inspirasi bagi gitaris-gitaris modern dunia. Banyak orang salah mengartikan nama Greatful Dead. Ada yg mengartikan: “Mati dengan gagah”. Ada yg mengartikan: “Mati dengan terhormat,…dll. Padahal istilah itu adalah: “Meski sudah mati, tapi apa yg kita pernah kerjakan selama hidup, bisa terus dinikmati, syukur-syukur bisa bermanfa’at bagi kehidupan”.
Waah,…pengetahun mereka tentang Greatful dead dan Jerry Garcia, membuatku ‘malu-ati’ sebagai pemakai T-shirt bergambar band itu. Untunglah aku bisa nimbrung sedikit-sedikit tentang Greatful Dead dan Jerry Garcia. Tapi, pulangnya aku langsung mendengarkan sound gitar Jerry yg memang mengasyikkan, meliuk-liuk diantara lagu, di antara warna vocalnya yg unik seperti bergumam dan merintih terseret-seret…