Hati miris mendengar musibah ini. Lebih miris lagi bahwa para korban diduga sebagai imigran gelap asal Indonesia. Bahkan ada dugaan kapal sengaja dikaramkan karena sudah didekat pantai tujuan.
Opini HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
SUBUH yang giris di lepas Pantai Johor – Selat Malaka, ketika angin gemuruh dan laut bergelora mencipta gelombang setinggi 3 – 5 meter, sebuah kapal karam menumpahkan penumpangnya yang diduga WNI. Sebanyak 11 orang ditemukan tewas dan 14 lainnya selamat, dari sekitar 50 orang yang diduga otoritas Malaysia sebagai imigran gelap. Begitu ungkap BBC News Indonesia, seperti dikutip seide.id
Pencarian terhadap puluhan WNI yang hilang dari kapal tenggelam itu terus dilanjutkan, melibatkan penjaga pantai, angkatan laut dan kepolisian Malaysia. “Mengingat kapal terbalik dekat bibir pantai, kemungkinan selamat yang belum ditemukan cukup besar,” kata Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Hermono, yang juga menyebut tingginya gelombang di perairan Johor menyulitkan pencarian di laut.
Hati miris mendengar musibah ini. Lebih miris lagi bahwa para korban diduga sebagai imigran gelap asal Indonesia. Bahkan ada dugaan kapal sengaja dikaramkan karena sudah didekat pantai tujuan. Kemungkinan selamat dari yang belum ditemukan cukup besar. “Karena ini memang modus (imigran gelap – pen.) yang lalu-lalu demikian, kata Hermono kepada BBC News Indonesia.
Diperkirakan, mereka yang belum ditemukan, sekitar 25-30 orang. Ini bukan berarti dapat disimpulkan sebagai meninggal dunia. Bisa saja selamat, tapi bersembunyi di daratan, sembunyi di lading-aladang sawit, “Karena khawatir akan ditangkap aparat keamanan. Biasanya memang demikian,” lanjut Hermono yang menyebut semua jenazah sudah dibawa ke rumah sakit untuk diidentifikasi.
Malaysia memang masih tertutup bagi tenaga kerja asing. Diduga para penumpang WNI ini coba masuk ke Malaysia lewat jalur ilegal dari Tanjung Uban, Kepulauan Riau, menuju Johor sampai kemudian terjadi kecelakaan (atau ada tangan sengaja mengaramkan kapal?) para Rabu (15/12) sekitar pukul 05:00 pagi.
“Ada gula ada semut, Bang…!” begitu mendadak Mak Wejang menghempaskan semua lamunan saya. Tanpa memberi kesempatan saya untuk menyeruput kopi, terus saja dia nyerocos: “Nggak mungkin ‘semut-semut’ illegal itu mau-maunya berlayar nyeberang batasa negeri, bila tak ada ‘gula’ yang dijanjikan tekong, juragan, yang siap menampung di seberang sana…!” simpul Mak Wejang.
“Coba deh otoritas aparat di sono (gandeng juga apparat Indonesia) tanya baek-baek kepada 14 orang WNI yang selamat: siapa di negeri kita ini yang ngiming-imingi kerja di negeri jiran? Siapa meminta naik perahu yang lantas karam itu? Siapa tekon atau juragan di negeri jiran yang siap menampung?Tangkep mereka itu, Bang! Tangkep jangan kasih ampun? Mereka penjahatnya!” kata Mak Wejag, gemes. ***
16/12/2021 PK 10:54 W