“Jika ingin berbagi dulukan orang yang tidak mampu membalasnya agar kita ikhlas hati.”
Seide.id – Nasihat bijak itu menggedor hati saya. Mengingatkan saya tentang kisah seorang janda miskin yang memberi persembahan dari hati yang ikhlas. Memberi itu tidak dari kelimpahan harta, tapi dari niat dan motivasi kerelaannya.
Kisah itu tidak hanya menginspirasi, tapi memotivasi agar saya berani melepas tanpa merasa kehilangan.
Jujur, dulu motivasi saya berbagi itu untuk mendongkrak reputasi saya sebagai publik figur. Kenyataannya, entah kenapa dengan dipuji dan diapresiasi itu, jiwa saya serasa kosong melompong dan sunyi.
Kisah janda miskin dalam Injil itu sungguh menampar kesadaran hati ini, sekaligus mengingatkan saya. Bahwa berbagi dengan pamrih itu suatu kesia-siaan belaka.
Saya pun ingin berbagi dalam senyap. “Jika kau memberi dengan tangan kiri, hendaknya tangan kanan tidak mengetahui.” Tujuannya agar kita sungguh empati, peduli, dan makin berbela rasa pada sesama.
Karena tidak mau diketahui oleh publik, setiap kali ingin berbagi saya hati-hati agar kegiatan saya tidak terdeteksi wartawan infotainmen.
Bagai pencuri yang bermata elang saya cermati situasi depan rumah dan sekitarnya. Terkadang saya menyamar, lewat pintu belakang, dan mewanti-wanti orang rumah agar tidak cerita keberadaan saya, jika ditelepon.
Aneh dan ajaib! Saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Ketika saya melihat kebahagiaan alami orang-orang yang tinggal di bantaran sungai, kolong jembatan, tempat pembuangan sampah, atau tempat kumuh lainnya.
Saya dapat berbincang akrab dan erat dengan mereka. Tertawa lepas tanpa sekat dan tidak dibuat-buat.
Ternyata, meskipun saya bertindak cermat dan hati-hati, kegiatan saya berbagi pada mereka yang papa itu tercium juga oleh wartawan. Berita miring dan negatif pun membanjiri sosmed.
Astaga! Saya tidak tersinggung, emosi, atau sakit hati. Saya juga tidak ada niat untuk menanggapi atau menyanggah. Kecuali senyum dan mengiyakan.
Sesungguhnya, kebenaran itu tidak membutuhkan pembelaan. Apalagi saya melakukan semua itu, karena senang hati. Saya bahagia, karena mereka bahagia.
Dengan menghargai, menghormati, dan memanusiakan sesama itu saya merasakan kebahagiaan sejati.
Sesungguhnya, untuk bahagia itu sederhana. Ketika kita mampu membahagiakan orang lain.
Ikhlas itu bahagia.
…
Mas Redjo / Red-Joss