Ilegal

Saya pernah ditugaskan untuk mengintai artis cowok yang masih remaja, karena konon dikabarkan sudah menikah diam-diam dengan artis berstatus janda yang umurnya jauh lebih tua.

Berjam-jam saya dan temen fotografer mengintai dari kejauhan rumahnya cuma untuk mendapatkan foto mereka lagi berduaan.

Saat itulah saya yang mulai jenuh nyeletuk, “Ngomong-ngomong apa gunanya ya kita mergokin dan motret mereka? Kalo betul mereka sudah menikah, ya hak mereka dong untuk berduaan, bergandengan, berpelukan, bahkan berciuman di tempat umum sekali pun. Dan hak mereka juga utk merahasiakan pernikahan mereka. Apa manfaatnya buat kita nyebarin foto kemesraan mereka. Jahat amat. Yang ada kalo dia gak terima dan lapor ke polisi. Mampuslah kita.”

Itu pertanyaan paling bego dari seorang reporter infotainment (dulu istilah ini belum ada) yang pernah melintas di otak saya. Dan yang diajak bicara mungkin karena sudah kecapekan dan bosen, spontan mengamini dan malah jadi ketakutan.

Akhirnya kami balik ke kantor dan kompakan lapor gak berhasil. Sebagai ganti pengisi halaman kosong, saya lalu ditugaskan ke rumah Camelia Malik yang dikabarkan hamil setelah (bercerai dengan Reinold Panggabean dan) menikah dengan Harry Capri. Kali ini liputan berhasil mulus. Bahkan mbak Mia nyerahin hasil test packnya buat saya (yang bentuknya masih bulet), sebagai bukti. Gak menantang, tapi pembaca senang.

Itulah tugas paling berat nguntit artis pertama dan terakhir yang buat saya pribadi terlalu jauh masuk ke ranah pribadi orang. Kalo tuh artis berselingkuh pun, rasanya saya sudah terlalu jauh menyelusup ke moral orang lain yang bukan urusan saya. Jujur saya berat nulisnya dan bersyukur tidak pernah saya tulis.

Tapi tugas reporter infotainment jaman now sudah sangat jauh dari yang saya bayangkan. Makin liar dan gila. Gak artis, gak politisi, gak ustad, yang terlibat sama artis, disikat abis. Ditelanjangin. Mereka merasa berhak menjadi polisi moral, gak ngasih jalan keluar, bahkan makin diekspos dan kalo perlu makin ricuh berjilid jilid.

Sejak negeri ini warganya banyak yang demam dan mabuk agama, setiap orang mendadak merasa paling tinggi moralnya, paling suci jiwanya. Lalu merasa berhak mengatur atur hidup dan privasi orang lain. Khususnya himbauan komunitas Celup yang mengajak semua pemilik gadget untuk merekam secara diam-diam pasangan yang mengumbar kemesraan di tempat umum. Setelah itu tanpa ijin mengupload di medsos dan menyebarkan dengan tujuan (kata yang merasa suci itu) biar kapok.

Buat saya ini kerjaan konyol dan jahat sekali. Secara hukum juga sudah sangat-sangat mengabaikan asas praduga tak bersalah. Melanggar privasi. KPK saja yang bisa mendeteksi pejabat yang korup, tidak serta merta main tangkap. Apalagi sampai mengupload pelakunya. Harus ada beberapa bukti-bukti kuat dan syukur-syukur bisa kena OTT.

Daripada kurang kerjaan dan kurang ajar merekam mereka yang diduga atau sedang berbuat mesum (gak kebayang kalo itu ternyata saudara atau temen sendiri), mending berpartisipasi kayak acara tivi lama “Cuma di Indonesia” yang buat saya keren. Meski yang berbuat belum tentu kapok, tapi bagus buat pendidikan bagi yang menonton dengan pesan “jangan ditiru ya”.

Kalo ada yang masih ingat, acara “Cuma di Indonesia” adalah acara yang merekam dan memergoki para pelanggar aturan. Mulai dari para pembuang sampah sembarangan, penyebrang liar yang memanjat pagar jalan, merokok di daerah terlarang, penerobos lampu merah, pemotor yang melawan arus – naik ke trotoar – bahkan naik ke jembatan penyeberangan, PKL yang berjualan di shelter-shelter dan di pinggir jalan, pokoknya banyaklah.

Ups … tapi sori. Acara itu kayaknya sudah gak menarik juga kali ya. Karena kan seperti di Tenabang, peraturan ketat dan sehat yang dulu dilarang sama gubernur-gubernur sebelumnya sekarang malah sudah dilegalkan. Untuk yang satu ini, saya gak bisa ngomong atau menata kata seperti mereka berdua juga bingung menata kota. Jangan-jangan nanti aksi Celup yang ilegal itu kalo banyak massanya juga dilegalkan. Walah…

Jadi ingat album Manusia Setengah Dewa. Iwan Fals berteriak lantang: Masalah moral /masalah akhlak / Biar kami cari sendiri / urus saja moralmu / urus saja akhlakmu / Peraturan yang sehat yang kami mau.

Tapi sekarang terdengar pahit dan getir.

Ramadhan Syukur

Menular

Avatar photo

About Ramadhan Syukur

Mantan Pemimpin Redaksi Majalah HotGame, dan K-Pop Tac, Penulis Skenario, Pelukis dan menekuni tanaman