Foto : istock
Ya, mengingatkan adalah sikap yang bijak dan jauh lebih terpuji, ketimbang kita menyalahkan atau menghakimi orang lain yang tentu melukai hati.
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, itu benar. Ketika anak berbuat salah, kita sebagai orangtua lebih baik mawas diri.
Tidak perlu emosi. Jauh lebih bijak, jika kita jujur pada diri sendiri. Dan merenungkannya, kenapa hal itu terjadi.
Kita juga tidak perlu malu atau wajah merasa tercoreng, sekalipun hal itu aib untuk keluarga.
Buanglah ego, turunkan gengsi. Bicara dari hati ke hati itu lebih bijaksana agar kita temukan kebenaran dan jalan ke luarnya.
Berbuat salah itu manusiawi. Bukan berarti untuk mencari pembenaran diri, melainkan agar kita melihat kelemahan dan kekurangan sendiri untuk diperbaiki. Dan jadi baik.
Sikap keteladanan keseharian dari orangtua itu lebih mudah dicerna, ketimbang sejuta kata kosong tanpa makna dan sekadar membebani jiwa generasi muda.
Tidak ada kebohongan yang perlu didustakan, jika kita selalu jujur pada diri sendiri.
Tidak ada kesalahan yang tak termaafkan. Karena hidup ini semakin indah, jika kita mudah memaafkan dan murah hati.
Tidak ada dosa yang tak terampuni. Karena saling mengasihi itu membahagiakan jiwa insani.
Jujur, saling mengasihi, dan mengandalkan Allah adalah kekuatan keluarga untuk mengatasi pengaruh jahat.
Selamat membangun keluarga bahagia dan sejahtera.
Dikhianati itu Sakit, Lebih Sakit Lagi Tidak Dipercaya Keluarga