Presiden Joko Widodo akrab dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. ( Foto: Lensa Indonesia)
Presiden Joko Widodo ( Jokowi) ramai dalam pemberitaan baru-baru ini. Hal ini berkaitan upaya Jokowi menjadi menjadi penengah dan juru damai. Yakni, antara Rusia ( Soviet) dan Ukrania. Dari berbagai sumber berita, memang Jokowi tampak akrab berbicara dengan Presiden Rusia, jika dibanding dengan Presiden Ukrania. Dari gestur wajahnya yang tersenyum, Vladimir Putin seperti menjelaskan alasan historis. Yaitu kedekatan dengan Jokowi dalam hal ini Indonesia. Ini terlepas apakah misi yang dibawa Jokowi nantinya. Apakah berhasil menyatukan kedua negara atau setidaknya membuka pikiran dua negara tgersebut.
Keakaraban di atas bisa jadi karena memang memiliki nilai historis.
Kasus Irian Baraat
Dalam Konferensi Meja Bundar 1949 – 4 tahun setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya- harusnya Belanda kembali membicarakan soal Papu Barat. Namun hingga 10 tahun kemudian hal itu tak pernah mereka wujudkan.
Presiden Soekarno geram dan secara emosi menggelorakan pengambilalihan Papua. Namun disadaari negara ini tak memiliki alutsista memadai untuk melawan penjajahan. Soekarno mengutarakan niat membeli peralatan perang ke Amerika dengan kunjungan beliau selama 17 hari- 16 Mei hingga 3 Juni 1956.
BACA: Lawatan Presiden Jokowi ke Eropa Bekal Penting Jadi Ketua ASEAN 2023
Tampaknya Presiden Eisenhower tak memiliki antusias terhadap keinginan Bung Karno. Setelah itu ada kabar, AS justru memasok senjata pada pemberontakan PRRI di Sumatera.
Kembali Bung Karno marah dan pergi ke Soviet.
Soekarno Disambut Sebagai Sahabat
Soekarno Disambut Sebagai Sahabat
Sambutan luar biasa diperlihatkan negara ini. Bung Karno merasa punya teman. Si Bung melakukan kunjungan dua kali pada 26 Agutus dan 12 September 1956. Kedatangan Bung Karno disambut meriah penduduk Moskow. Tiap sudut jalan terpampang spanduk ucapan selamat datang kepada Presiden Soekarno. Presiden Soviet, Nikita Kruschev membalas kunjungan Bung Karno pada 1960.
Penandatanganan pembelian senjata dilakukan di Moskow pada 6 Januari 1961 dipimpin Jendral Nasution. Indonesia membeli berbagai jenis meriam, kapan perang, kapal selam, pesawat tempur, pesawat pemburu jet, pesawat angkut kendaraan berlapis baja , perlengkapan militer dan peralatan pendukung lainnya.
Tahun 1961, semua pesanan Bung Karno tiba di Indonesia, Kekuatan Angkatan Perang Republik Indonesia, khususnya AURI dan ALRI meningkat signifikan. Kekuatan ini mulai menakutkan bagi banyak negara di kawasan dekat dengan Indonesia.
Kekuatan Pasukan Perang
Australia yang biasa ikut campur masalah isu Irian Barat, mulai diam-diam dan mundur aktif mendukung Belanda. Kapal induk kelas Colosus milik AL Belanda yang berjaga dekat Irian Barat, segera kabur. Konon, ini bisikan dari AS karena melihat hadirnya TU 16 KS dan KRI Irian. Dianggap sebagai kekuatan pasukan perang heibat.
BACA JUGA: Joko Widodo, Antara G20, Perang Rusia-Ukraina, dan Upaya Perdamaian
Menurut catatan, TU 16 KS sebanding kekuatannya dengan kapal tempur terbaik Amerika seperti USS Iowa, USS Wisconsis dan USS Missoiri dari kelas battleship terbesar adan tercepat di dunia.
TU 16 KS berbobot 16,640 ton dan mampu menampung 1,270 orang, termasuk 60 perwira. Ini adalah kapak peran yang tidak pernah dijual pada bangsa lain di manapun kecuali di Indnesia.
Mungkin dari sini, Rusia ( Soviet) memiliki nilai persahabatan historis yang membuat Presiden Jokowi tampak akrab.
- Sumber NitNot, Twitter