Oleh MAS SOEGENG
Teka-teki sumbangan Rp 2 Triliun dari keluarga Akidi Tio, masih berlanjut. Bukan hanya pertanyaan, apakah dananya sudah ditransfer atau buat apa dana sebesar itu. Lebih dari itu, karena rasa penasaran pada sesuatu yang jarang terjadi.
Dimanfaatkan dengan baik atau tidak, uang itu pasti juga akan habis. Tamat sudah cerita misterius uang Rp 2 triliun. Padahal kita semua ingin kebaikan selalu ada. Pemberian uang Rp 2 triliun adalah sebuah kebaikan yang layak dijadikan panutan dan contoh.
Saya mulai paham, mengapa zaman Soeharto, keluarga itu mendirikan Yayasan untuk menampung dana-dana dari perusahaan BUMN dan yang berhubungan dengan keluarga Cendana. Ketika jumlahnya membesar, maka “ makan” bunganya saja tidak akan habis. Begitu juga yayasan para orang kaya seperti Bill Gates lewat Gates Foundation yang memiliki dana Rp 721 triliun, Mark Zuckerberg dan isterinya yang membuat Chan Zuckerberg Initiative dengan dana transfer ke yaysan sebesar Rp 617 triliun.
Semua yayasan berjalan dengan menggunakan uang bunga, sehingga modalnya utuh. Itu yang abadi dan layak ditiru.
Tak ada salahnya Irjen Pol Eko Indra Heri, Kapolda Sumsel yang memperoleh “ warisan” dana Rp 2 T dari keluarga AKidi Tio dan anak-anaknya itu, membuat sebuah yayasan Sosial Nir Laba. Bisa memakai nama Yayasan Akiditio ( jadi satu kata, biar kayak nama Jepang). Uang Rp 2 T itu dimasukkan saja dalam deposito.
Anggaplah bunga deaposito saat ini rata-rata 4,25%. Per tahun dari bunga saja, Yayasan akan menerima Rp 80 miliard atau per bulan Rp 7,083 miliar. Cukup untuk membantu warga Sumatra Selatan yang benar-benar perlu dibantu, misalnya cukup dengan kriteria bantuan kesehatan. Kelak, setelah 3 tahun, bunga sudah terkumpul banyak, bolehlah bikin sesuatu yang bersifat nasional, yang membuat nama penyumbang ini abadi, yakni dengan memberikan Penghargaan kepada mereka yang telah memberi sumbangan dalam bentuk apapun kepada negara dan masyarakat.
Penghargaan tak perlu dalam bentuk materi, tapi pembuatan Piagam atau Patung Akiditio dengan jamuan makam malam dan acara khusus yang berarti. Dengan begitu, secara bergiliran, semua orang baik yang menyumbang akan merasakan dihargai. Nama Akiditio bisa menginternasional dan jadi tauladan. Nama pak polisi Eko Indra, yang mengaku sahabat Akiditio yang sudah meninggal sejak 11 tahun lalu, juga bisa dijadikan tauladan. Keluarganya juga bangga warisan sang ayah bermanfaat. Kejadian menyumbang di kala Pandemi ini bisa dijadikan momentum menarik di kemudian hari.
Itu dengan catatan, sumbangan sebesar Rp 2 triliun itu benar-benar ada dan betul-betul diberikan dan sudah masuk bank penerima……