Foto : Jen Theodore / Unsplash
Penulis : Jliteng
Mungkin sekali kita pernah terjebak pada situasi berikut : “Karena segan, tidak mau membuat orang lain kecewa, atau alasan lain, kita lakukan lips-service dengan ‘membuat sebuah janji’. Soal ditepati atau tidak itu soal nanti, yang penting janjikan saja dulu. Toh, alasan bisa dicari belakangan.“
Perilaku itu tampak wajar dan manusiawi akan tetapi sangatlah tidak dianjurkan di hadapan Allah. Perilaku ingkar sama dengan nggih mboten kepanggih. Dengan tegas Tuhan berkata : “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.”
Let your Yes be simply Yes, and your No be simply No; anything more than that comes from the evil one.
Besok pagi , 5 Juni 2022, adalah tepat hari yang ke 90, terhitung sejak Rabu Abu, awal kita berpuasa selama 40 hari, dan kita berjanji di hadapan Tuhan untuk lahir jadi manusia baru.
Adakah yang ‘berubah’ dan jadi ‘baru’ dalam diriku ini? Atau ‘pas’ alias ‘lewat’ alias mboten kepanggih?
Setidaknya, sejak awal tahun 2022 ini, saya telah berjanji setiap pagi berbagi cahaya, buah hening harianku. Pagi ini tertulis di halaman ke 150, dan esok pagi, tepat pada hari Raya Pentakosta, akan tertulis di halaman ke 151.
Saya merasakannya bukan sebagai prestasi, melainkan sebagai karunia. Ibarat berkendara sepeda sekian kali nyaris terjatuh, karena pandang mata saya yang melemah sehingga tipo acap terjadi tanpa saya kehendaki. Daya mataku memang melemah, namun hasrat berbagiku tak pernah surut. Inilah aku, pakailah aku jika Tuhan mau.
Di hadirat-Nya, saya berdoa : “Jika cocok dengan yang Engkau kehendaki, biarlah tulisan-tulisanku ini jadi tanda patuhku pada-Mu dan salam pagiku untuk sahabat-sahabatku”.
Salam sehat dan tak berubah hasratku berbagi cahaya denganmu.