Seide.id – Intoleransi laktosa yang umumnya dialami oleh anak dan bayi, adalah gangguan pada sistem pencernaan. Tepatnya, tubuh tidak memiliki enzim laktase yang cukup jumlahnya untuk mencerna laktosa yang merupakan karbohidrat di dalam susu sapi. Ketidakmampuan usus untuk mencerna dan menyerap laktosa ini menimbulkan berbagai gangguan pada saluran pencernaan.
Kekurangan enzim laktase ini sendiri bisa terjadi akibat kerusakan pada dinding usus halus. Misalnya akibat diare berkepanjangan, sehingga enzim laktase yang seharusnya dapat diproduksi oleh tubuh yang sehat, jadi tidak mencukupi.
Jika kerusakan dinding usus halus tidak terlalu berat, atau frekuensi kerusakannya tidak terlalu sering berulang, maka biasanya akan ada perbaikan signifikan dan sembuh dengan sendirinya.
Gejala intoleransi laktosa sendiri juga bervariasi pada tiap individu yang mengalaminya. Kendati umumnya berkisar pada organ-organ sistem pencernaan. Seperti diare, kram perut, kembung, sembulit dan susah buang angin.
Harap dimaklumi jika anak jadi sering mencret setiap kali habis diberi susu formula. Mau tidak mau orangtua harus menghindari pemberian susu sapi dan produk-produk turunan susu lainnya.
Berbeda dengan alergi terhadap susu sapi yang memiliki keterkaitan erat dengan daya tahan tubuh, intoleransi laktosa tidak berkaitan dengan sistem imunitas tubuh. Sepenuhnya adalah gangguan pencernaan akibat kesulitan mencerna laktosa.
SEBATAS PELENGKAP
Jika aergi susu bisa berkurang dan akhirnya “sembuh” seiring dengan pertambahan usia, tidak demikian halnya dengan intoleransi laktosa. Cara mengatasinya hanya dengan diet yang tepat. Guna memenuhi kebutuhan nutrisinya, anak harus mendapatkan sumber makanan yang beragam dan bervariasi. Anak usia 1 tahun, contohnya, perlu diberikan nasi tim dicampur dengan lauk-pauk sumber protein hewani dan nabati, sayuran dan buah-buahan. Makanan utama ini harus diberikan 3 kali dalam sehari.
Ditambah dengan makanan selingan sebanyak 2 kali, berupa makanan kecil atau buah-buahan. Sedangkan susu cukup diberikan 2 kali sehari sebagai pelengkap saja.
Tak perlu khawatir anak dengan kelainan enzim ini akan menderita kekurangan gizi. Tentu saja asalkan ia tetap mendapat makanan utama guna memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Yakni harus memenuhi syarat gizi seimbang, beragam dan bervariasi. Untuk pemberian susu, bisa dipilihkan susu yang rendah laktosanya, atau bukan susu sapi.
Mengenai pemberiannya, bisa dikombinasikan antara susu rendah laktosa dan susu formula biasa. Contohnya, hari pertama pagi dan malam, si kecil kita buatkan susu rendah laktosa.
Hari kedua diberikan susu formula biasa namun konsentrasi encer atau takarannya kira-kifra ¼ dari takaran seharusnya, lalu sore haru kita berikan susu rendah laktosa. Hari-hari berikutnya atur sedemikian rupa agar konsentrasi susu formula sedikit demi sedikit ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan takaran semestinya. (Puspa) – nakita