MENGAJI DARI BUYA SYAKUR: Islam dan Perbudakan

MENGAJI DARI BUYA SYAKUR: Islam dan Perbudakan ( Foto: Financial Times)

Islam sampai Nabi Muhammad wafat tidak melarang perbudakan. Hanya saja, Nabi menghargai orang yang membebaskan budak. Pembebasan budak, biasanya, dilakukan dengan jalan membeli dari majikannya. Atau membebaskan budak yg dimilikinya.

 Bilal bin Rabah, muazin pertama Islam yang  bersuara merdu,  misalnya, adalah budak kulit hitam asal Ethiopia  yang dibebaskan dari majikannya,  Umayya bin Khalaf, salah seorang pemimpin kaum Quraisy paling berpengaruh. Yang membeli Bilal adalah Abu Bakar, hartawan,  sahabat Nabi. Ini terjadi karena sejak masuk Islam, Bilal disiksa oleh Umayya dan kaum anti-Islam di Mekah. 

Betul Nabi Muhammad menganjurkan pembebasan budak. Tapi sifatnya selektif. Hanya budak yang masuk Islam dan ikut perjuangan Nabi. Pembebasan perbudakan dalam Islam tidak disahkan dalam institusi, atau dijadikan kewajiban yang tertera dalam Qur’an dan hadis  Nabi. Jadi sifatnya hanya normatif.

Kepemilikan budak saat itu, abad ke-7 zaman Rasul hidup adalah ukuran kehormatan dan kekayaan seseorang. Jika budak itu pria, diperlakukan sebagai pekerja. Tentu tanpa upah. Seperti memetik buah kurma dan menggembala kambing. 

Budak Cem-ceman Keluarga

Tapi jika perempuan fungsinya ganda. Budak kulit hitam dari Afrika untuk pekerja kasar di kebun kurma. Budak kulit putih untuk membantu perdagangan seperti kasir karena pinter.  Sedangkan budak asal Persia yang cantik biasanya untuk cem-ceman keluarga. 

Cem-ceman keluarga ini, maksudnya, si budak cantik bisa dinikmati secara seksual oleh siapa pun di keluarga, baik ayah maupun anak, bahkan  tamu (untuk suguhan penghormatan). 

Tapi jika pemilik budak kebelet suka dan ingin memonopoli secara seksual — tak boleh ada orang lain yang boleh menggumulinya — maka jadilah budak cantik itu “milik eksklusif” sang majikan.   Tapi  ia tetap budak untuk memuaskan seks majikannya.  Derajat si budak naik setingkat di atas budak salome tadi. Ia hanya melayani satu orang meski tetap budak yang tak punya hak gono gini atau diakui sebagai istri sah oleh adat.   Budak macam inilah yg disebut milkul yamin. 

Budak berstatus milkul yamin ini sering punya anak. Anak-anaknya berstatus anak majikan,  bukan budak. Dan punya hak waris majikan ibunya (yang tetap berstatus budak). Anak-anak budak macam ini, dalam perkembangannya, banyak yg punya status tinggi. Bahkan jadi orang terhormat. Salah seorang sufi besar Islam, Hasan Basri misalnya,  adalah anak budak milkul yamin ini.

Berkat Abraham Lincoln

Sistem perbudakan macam itu berlangsung sampai Rasul wafat dan terus dilanggengkan  para Khalifah Islam. Ini artinya, secara institusional, Islam tidak pernah melarang perbudakan. Itulah sebabnya, ulama pencerah umat seperti Buya Syakur Yasin dari Desa Cadang Pinggan Indramayu, menyatakan Islam  secara institusi modern, tidak sempurna. Karena Islam tidak pernah secara eksplisit baik melalui Qur’an maupun hadist, melarang total perbudakan.

Ini berbeda dengan pembebasan perbudakan yang dilakukan Abraham Lincoln, Presiden Amerika.  Lincoln mengeluarkan dekrit yang memerintahkan penghapusan perbudakan melalui Proclamation of Emancipation pada tahun 1863. Ia mengesahkan Pasal ke-13 dalam UUD AS tahun 1865 yang melarang perbudakan total di seluruh Amerika.

Konsekwensi pelarangan perbudakan yang disahkan secara institusional ini sangat besar. Amerika dilanda perang saudara hebat. Negara-negara bagian selatan Amerika yang ekonominya berbasis pertanian memberontak. Menolak deklarasi antiperbudakan. Tapi Lincoln tetap bertahan dan menumpas pemberontakan tersebut demi tegaknya hukum antiperbudakan. 

Dari aspek inilah, Abraham Lincoln dinobatkan sebagai pemimpin dunia  pertama yang membebaskan perbudakan melalui UUD AS. Berkat jasa Lincoln, kini perbudakan terhapus dan dianggap sebagai pelanggaran hukum terhadap kamanusiaan di seluruh dunia.

LAINNYA

Akar Raikalisme dan Terorisme dalam Islam

UMAT ISLAM TERBELAKANG

Avatar photo

About Syaefudin Simon

Jurnalis Senior, tinggal di Bekasi. Penulis beberapa buku termasuk Ghost Writeer. Salah satu buku karyanya yang membaut ia menyesal membautnya adalah buku berjudul Korupsi No Bapak Pemberantas Korupsi