Duduklah di tengah pendopo ini beberapa saat. Selain merasakan hawa mistis yang berputar di sekitar pendopo ini, di atas anda, di langit-langit pendopo, berwarna terang, merupakan hiasan yang melambangkan astrologi Hindu-Jawa. Semua tamu, dulu, duduk bersila. Bahkan untuk menuju ke tengah Pendopo, harus jongkok berjingkat dengan bertumpu pada dengkul alias lutut. Namun di era 80an, sudah dikenalkan kursi, mengingat banyak tamu pemerintahan dan pejabat sering menggunakan tempat ini.
Ada beberapa gamelan pusaka yang diletakkan di pendopo ini yakni Gamelan Kyai Seton, Gamelan Kyai Kanyut Mesem dan Gamelan Lipur Sari. Masing-masing gemelan dimainkan pada saat tertentu dan spesial.
Di belakang pendopo ada beranda terbuka bernama Pringgitan. Ada tangga yang bisa menuju Dalem Ageng. Ini sebuah ruangan seluas 1,000 M2 yang merupakan ruang tidur pengantin kerajaan. Sekarang tempat ini dijadikan museum. Di museum ini bisa dilihat sebuah Petanen atau tempat persemayaman, konon, Dewi Sri yang berlapiskan tenun sutera yang sangat mencolok. Berbagai ornamen dan benda bersejarah disimpan di sini. Layak dipelajari untuk membuka misteri lebih dalam seperti apa Mangkunegaran dulu.
Dalam lingkungan Mangunegaran ada sebuah Perpustakaan Reksi Pustoko yang dibangun pada 1867 oleh Mangkunegaran IV. Di tempat inilah berbagai sejarawan dunia pernah belajar mengenai seluk beluk Mangkunegaran dan Jawa. Banyak buku berbahasa Jawa yang dulu oleh beberapa mahasiswa dan peneliti dari Belanda dan Amerika berbulan-bulan belajar di tempat ini. Salah satunya adalah kenalan lama, Nancy Drew dari Amerika yang belajar tentang bahasa, gamelan dan budaya Jawa. Dia lebih paham budaya Jawa dibanding orang Jawa lainnya.
