Setelah itu Apa

Foto : Gerd Altmann/Pixabay

Saya pernah serius berpikir dan bahkan mencoba berefleksi tentang
“ketiga buah pertanyaan mendasar” yang konon sudah setua usia sang manusia.

“Manusia, siapakah engkau?”
“Manusia, dari manakah engkau?”
“Manusia, hendak ke manakah engkau?”

Saudara, renungkan kedalaman esensi dari ketiga pertanyaan ini.

Judul tulisan ini, “sesudah itu, apa?” Artinya, jika mau diluaskan, “jadi, sesudah ini, lalu apa?”

Manusia selalu mengatakan, “semoga kamu sukses.” Baik, lalu setelah itu, apa, lalu bagaimana? Apa makna sukses dalam konteks ini?

Kita hidup dan bersekolah, orangtua hebat mencari sekolah terbaik sesuai versinya. Katanya, agar anakku kelak dapat maju dan sukses. Apa relasi lurus antara sekolah terbaik dengan kesuksesan? Sukses di dalam hal apa? Sukses secara gelar akademik, sukses secara materi, sukses karena ber”ipk” brilian?

Dan, lalu, setelah itu apa? Apa sesungguhnya tujuan hidup sang manusia?

Suatu yang pasti, yang saya ketahui, bahwa sang kebijaksanaan serta realitas kehidupan telah mengajarkan, “barang siapa yang telah dilahirkan ke dunia maya ini, dia akan menerima sebuah kepastian, ialah kematian.”

Ini sebuah alur / “plot kehidupan” yang tidak dapat diubah. Ini, sebuah alur keabadian, kekal adanya.

Setelah itu, apa?
Apa pun yang kita raih akan berakhir dengan sebuah kematian.

Alur sejarah hidup sang manusia.
Seorang anak manusia dilahirkan, lalu jadi bayi, ke masa anak-anak, remaja, pemuda, lalu dewasa, tua, dan akhirnya meninggal.

Apa pun prestasi sang manusia, apa pun kemasyurannya, betapa pun terhormatnya ia, toh, … sesudah itu, lalu, dia akan menerima “setangkai daun palem kematian.”

“Hidup hanya menunda kematian,”
kata sang sastrawan, Rendra.

Ya, hidup ini hanyalah sebabak sandiwara yang berklimaks dan akhirnya, ber- “sad” ending.

Kembali, saya teringat akan sebuah pertanyaan abadi nan menggelitik, sang “manusia, hendak ke manakah engkau?”

Malang, 10 Oktober 2022

Avatar photo

About Fr. M. Christoforus, BHK

Kelahiran : Ende, Flores, NTT Seorang Biarawan dan pendidik dari Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus (BHK). Berdomisili di Kota Malang, Jawa Timur