Kejahatan remaja yang sedang menjadi “in” di Yogyakarta, diakibatkan kemiskinan dan ketimpangan yang tinggi. Kurangnya sosialisasi akibat maraknya gadget juga menambah masalah baru.
oleh YUDAH PRAKOSO R
Seide.id – Memasuki masa liburan di momentum Idul Fitri 1444 H, DIY seperti tahun sebelumnya menjadi daerah perlintasan dan destinasi mudik dari berbagai daerah.
Guna antisipasi keberadaan jutaan pemudik yang sekedar melintas maupun mengisi masa libur lebaran, aparat keamanan dan pemerintah DIY dan kabupaten Sleman, Bantul Gunungkidul, Kulonprogo dan pemkot Yogyakarta memastikan keamanan bagi masyarakat.
“Menjadi penting bagi Pemda bersama TNI Polri jaga dan jamin keamanan dan ketertiban serta kenyamanan masyarakat. Tidak boleh ada aksi kejahatan. Penegakan hukum diperlukan dan tak perlu ragu jalankan tindakan tegas, terukur kala terjadi aksi kejahatan jalanan oleh remaja,” kata Eko Suwanto, Ketua Komisi A DPRD DIY Rabu, 5/4/2023.
Eko Suwanto, Ketua Komisi A DPRD DIY menegaskan hal tersebut dalam forum Dialog dan Buka Bersama Wartawan dengan Polda DIY dan unsur akademisi.
Eko Suwanto menambahkan jelang momentum lebaran, dalam hitungan hari ada peristiwa sosial, budaya. Ada dua hal penting yang perlu kita soroti yaitu Jogja jadi arus tujuan dan tempat lintasan pemudik dari semua daerah dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah maupun dari Jawa Timur.
Kedua, di masa Idul Fitri ada libur yang pasti dimanfaatkan oleh pemudik dari Solo Raya, Kedu Raya, Magelang pulang kampung. “Di Yogyakarta biasanya nginap dan berwisata. Ada jutaan orang keluar masuk, ini butuh antisipasi terutama urusan kejahatan remaja, jangan sampai ada peristiwa kejahatan terjadi, butuh antisipasi bersama,” kata Ketua Komisi A DPRD DIY itu.
Mencegah Kejahatan Remaja
Khusus guna mencegah adanya kejahatan remaja tidak berkembang lebih jauh, DIY sebenarnya sudah memiliki instrumen pencegahan dengan adanya Perda Ketertiban Umum, Perda Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan yang perlu diimplementasikan dalam program kerja.
“Langkah pencegahan penting ini yang kita terus dorong agar pemda dan lembaga terkait bekerja lebih keras lakukan pencegahan. Remaja butuh diberi porsi proses belajar Pancasila, metode formal, informal ada tapi tidak cukup karena faktanya masih saja terjadi kejahatan oleh remaja di DIY,” lanjut Eko Suwanto, Ketua Komisi A DPRD DIY
Akar masalah dari hadirnya kejahatan jalanan oleh remaja adalah masih adanya kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan yang tinggi di DIY. Kemiskinan jadi pemicu segala hal kekerasan, perasaan tidak puas dan lain sebagainya.
“Ada perda ketahanan keluarga, kenapa masalah terjadi? Maka urusan law inforcement, jangan ragu tegas dan terukur, tindakan kekerasan anak jalanan. Penegakan hukum, pembentukan Satgas Kejahatan luar biasa perlu didukung anggaran sarana prasarana kita harapkan bisa dialokasikan,” kata Eko .
Lingkungan yang Buruk
Dr Sri Muliati, MA, psikolog mengatakan ada sejumlah penyebab yang membuat remaja bermasalah yaitu faktor ekternal dan internal.
Hadirnya lingkungan remaja yang buruk menciptakan perilaku kejahatan. Faktor internal karena remaja alami krisis identitas dan kontrol diri yang lemah.
“Kondisi kemiskinan yang dialami remaja di rumah, di lingkungan nya membuatnya memicu kriminalitas. Apalagi kala terbiasa lihat kekerasan. Ada kebutuhan pengakuan yang salah dari kelompoknya selain kebutuhan perhatian dan penghargaan,” kata Sri Muliati.
Langkah pencegahan kejahatan jalanan yang dilakukan remaja perlu dibuat peer counselor, online conseling, satuan siber untuk menelisik program kenakalan remaja di sosmed. Pihak terkait memahami dinamika remaja dan jalankan program pemberdayaan.
“Dukungan keluarga, penegakan hukum oleh kepolisian untuk patroli dan mewadahi kegiatan remaja seperti olahraga, ketrampilan lain dan berikan apresiasi apapun capaian yang dilakukan oleh remaja penting,” kata Sri Muliati.
Gadget Hadirkan Masalah Baru
AKBP Tri Novi Purwaningsih, dari Kasubditbintibsos Ditbinmas Polda DIY mengatakan bahwa hadirnya teknologi informasi telah menghadirkan masalah baru. Ada tantangan identitas remaja yang digempur oleh serangan F-7 yaitu fuel, fashion, food, film, fantasi, filosofi dan finansial.
“Ada kecanduan gadget, kurangnya bersosialisasi, adanya kecenderungan serba instan dan kurangnya mencintai budaya sendiri. Pengaruh budaya luar dan lupakan budaya tradisional yang dianggap ketinggalan zaman. Ini tantangan yang dihadapi remaja kita,” kata AKBP Tri Novi Purwaningsih dari Polda DIY.
Berkaitan dengan kejahatan remaja maka keberadaan Perda No 1/2022 Tentang Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan penting dilaksanakan seaca nyata.
“Pendidikan Pancasila yang integral, progresif dan fungsional kepada remaja penting agar mereka bisa lalui masa remaja dengan penuh prestasi dan berbudi luhur,” kata AKBP Tri Novi Purwaningsih. (*/dms)