Foto : Aaron Burden / Unsplash
Penulis : Jliteng
Mendengar kata embun, yang terlintas di pikiran kita adalah uap air yang berupa titik-titik dan biasanya muncul pada pagi hari di helai dedaunan, rerumputan, atau dinding kaca jendela. Secara ilmiah, embun adalah uap air yang terbentuk melalui proses pengembunan, yaitu dari wujud gas menjadi cair.
Embun juga memiliki makna filosofis. Dengan wujudnya yang bening, jernih, dan bersih, fenomena alam yang satu ini dimaknai sebagai penanda kesucian.
Sharing berikut ini menarik untuk disimak dan dimaknai sebagai ikhtiar nyata menjadi embun bening membasahi daun-daun kering.
“Bapakku, saya mohon maaf, lama saya tidak respon. Hampir dua minggu, sejak H-7 lebaran saya membantu oma T, lansia berusia 87 tahun, tinggal sendiri, tanpa pembantu atau penjaga. Menjelang lebaran, warung pada tutup, katering libur, jadi saya bantu masakin dan kirim makan oma tiap hari. Untung oma tidak rewel makannya. Apa saja mau, kecuali daging dan sayur kangkung. Oma itu mempunyai anak (2) , mungkin sibuk atau jauh, mereka jarang nengok. Trenyuh juga, kalau mau keramas tunggu saya datang, karena harus ada yang tungguin atau jagain sebab pernah jatuh ….”
Lanjutnya: “Hikmahnya : saya juga akan jadi tua, dan harus siap mandiri, karena anak belum tentu bisa diharapkan. Mereka sudah mempunyai keluarga sendiri. Dengan segala urusan mereka. Pernah terpikir tinggal di panti jompo supaya tidak merepoti orang lain, karena saya juga sudah tidak ada suami (meninggal).”
“Saya bersyukur, masih bisa membantu orang lain walaupun dalam bentuk yang sederhana.”
Tak pelak lagi, ibu ini telah hadir sebagai embun bening yang membasahi daun yang mulai mengering itu.
Terimakasih sharingnya bu. Betapa bahagianya oma itu, karena ada yang memberi kesejukkan ketika dia haus, ada yang menyegarkan di saat layu hidupnya.
Salam sehat dan tak henti berbagi cahaya.
Dengan Hening Hidupmu Bening – Catatan halaman 135