Jalan-Jalan ‘Nostalgia Pungut Kenari’

Anayya cucu keponakan dan kanari hasil pungutannya foto Heryus Saputro Samhudi

Anayya dan kanari hasil pungutannya. Biji buahnya (populer sebagai Kacang Kenari) mengandung minyak, gizi dan protein yang biasa dijadikan bahan makanan,  obat-obatan, dan produk kosmetika. Di Kota Ternate, Kacang Kenari merupakan satu dari komoditas ekspor Indonesia asal Maluku Utara. Batang kayunya kuat dan bagus buat dibentuk jadi perabot rumah tangga. – foto : Heryus Saputro Samhudi .

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

Seide.id 12/03/2023 – “Mbah Yus…! Aku ikut dong, turun ke parit, pungut-pungut buah kenari…!” pinta Anayya (7tahun), seorang cucu keponakan, seraya menyorongkan bahunya ke jangkauan tanggan saya, minta bantuan agar dirinya juga bisa menjejakkan kaki ke dasar parit pasir kering di pinggir Jl. Dr. Semeru, Bogor, Jawa Barat yang diteduhi deret tinggi kukuh pohon-pohon kenari.

Gembira, penuh semangat, Anayya segera saja memunguti buah-buah kenari jatuhan yang banyak berserak di lantai dasar parit air kering, menyimpannya ke dalam kantong kresek di tangannya. Sebagian buah masih utuh berkulit hitam tebal. Sebagian telah mengelupas (memperlihatkan cangkang biji yang keras kecokelatan) tersebab benturan saat lepas jatuh dari ranting pohonnya, yang tegak berjajar nyaris di sepanjang kedua sisi jalan raya tersebut.

Kenangan saya melesat jatuh ke paruh awal periode tahun 1960-an, saat-saat membezoek Ibu (almarhumah Siti Maiyah binti Marzuki) yang kerap terbaring sakit, dan Ayah (almarhum Pak Samhudi) selalu membawa Ibu (karena fasilitas kantor) menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto di hook Jalan Kwini 2 (kini Jln Abd Rahman Saleh) di selatan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Di kawasan Kwini di utara Kelurahan Senen itu, sejak dari halte trem — moda transportasi kereta api Kota Jakarta (dan Surabaya) yang dihapus tahun 1963/1964 — di ujung Jalan Senen Rsya, hingga ke jalan-jalan aspal lebar di komplek RSPAD dan deret rumah gedong di sekitarnya, nyaris semua diteduhi pokok-pokok tinggi pohon yang masyarakat menyebutnya: Kenari Ambon.

“Disebut Kenari Ambon karena dulu, Belanda mendatangkan bibitnya dari Ambon di Maluku,” kata mbakyu sulung saya, Rara Umi Salamah (80 tahun) seraya memungut sebutir buah Kenari Babi (satu dari dua jenis pohon kenari yang banyak tumbuh di timur Indonesia) dan mencemplungkannya ke kantong baju saya, untuk kemudian kami kembali melangkah membezoek Ibu di ruang perawatan RSPAD.

Mbak Umi betul. Catatan tua di Perpustakaan Herbarium Bogoriense di Kota Bogor menyebut pohon kenari yang meneduhi beberapa jalan Jakarta tempo itu (bahkan di kawasan Salemba ada Kampung Gang Kenari), bibitnya dikapalkan Belanda dari Ambon, Maluku. Bermula sebagai tanaman koleksi Kebun Raya Bogor (dibangun tahun 1817), lantas jadi pohon peneduh di banyak kota di Pulau Jawa.

Pohon kenari (Canarium sp.) disrbut berasal dari negara-negara tropis dan sub-tropis Melanesia yang mencakup Indonesia, Papua Nugini dan pulau-pulau di bagian timurnya, Filipina, serta utara Australia. Ada banyak jenisnya. Jenis yang banyak tumbuh di kawasan timur Indonesia adalah Canarium indicum, dan Canarium vulgare yang biji buahnya relatif besar, bulat segitiga lonjong, kerap disebut Kenari Babi.

Banyak manfaat pohon kenari. Biji buahnya (populer sebagai Kacang Kenari) mengandung minyak, gizi dan protein yang biasa dijadikan bahan makanan,  obat-obatan, dan produk kosmetika. Di Kota Ternate, Kacang Kenari merupakan satu dari komoditas ekspor Indonesia asal Maluku Utara. Batang kayunya kuat dan bagus buat dibentuk jadi perabot rumah tangga. Pohonnya yang tinggi kukuh bisa mencapai usia ratusan tahun, menjadikannya pohon peneduh di luat habitatnya.

Banyak kota di Indonesia diteduhi pohon Kenari Ambon. Tapi rasanya tak ada yang mengalahkan Kota Bogor, yang saking banyaknya pinggir jalan diteduhinya, sampai-sampai di tahun 1970 Bogor (selain sebagai Kota Hujan) juga dijuluki sebagai Kota Kenari. Pamor ini trrus dipertahankan para walikota, dengan menanami kawasan hunian baru di Kota Bogor antara lain dengan pohon kenari.

Ingin mengajak anak-anak SD atau TK memungut dan membawa pulang buah kenari gratis, untuk dipecah cangkang kulitnya dan ‘kacang’nya diolah jadi kue, atau bijinya dibentuk jadi cenderamata Kalung Kenari? Sila kunjungi Kebun Raya Bogor, dimana kita juga bisa foto selfie di akar raksasa pohon kenari berusia lebih dari seabad

Atau seperti saya dan Resti, jalan bareng para keponakan dan putra-putri mereka, santai putar-putar Kota Bogor, mampir di jalan  yang pinggir kiri-kanannya diteduhi pohon-pohon kenari tua, bersama cucu memunguti buah-buah yang berjatuhan sampai ke dasar parit air sebelum masuk resto, menikmati lunch dengan ragam kuliner pilihan khas Sunda. Hmmm…! *

12/03/2023 PK 23:25 WIB

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.