Oleh ANITA MARTHA HUTAGALUNG
HARI KE-38.
Hari ini TIM 11 off, tidak jalan. Sehabis berjemur di pagi hari, kami sarapan kweitiau goreng yang enak. Lalu kami TIM 11 pindah ke tempat penginapan di daerah Kedaton.
Tempat menginap kami yang baru ini rumah tinggalnya Dina Boru Sirait. Siapakah dia? Kenapa dia sampai mau memberikan rumah dan isinya untuk kami pakai? Terus terang Oni tak tahu karena tak kenal. Yang Oni ingat dua minggu yang lewat Bang Rait ngomong, “Kak Oni, ada yang inboks aku, katanya coba tanyakan Oni apakah mau. Ada yang menawarkan rumahnya untuk kita beristirahat kalau di Bandar Lampung.”
Kenal nggak, saudara bukan, tapi baik banget Boru Sirait ini mau memberikan rumahnya kita acak-acak. Dia lagi di Yogyakarta, jadi rumahnya kosong. Kunci dia titipkan sama tetangganya. Rumahnya asyik, nyaman, dan yang penting ada dapurnya. Soalnya Oni mau masak soto Medan. Semua bahan baku dibelikan Nyonya Manik yang baik budi.
Oni masak ditemani Lambok dan Agustina. Soto Medan kami santap bersama. Lumayanlah, untuk pelepas rindu kampung halaman. Karena sepanjang jalan yang kami lewati nggak pernah ketemu soto Medan.
Sehabis itu Oni minta tolong eda Elida Purba bawa Oni pangkas rambut. Sebenarnya salon pada tutup karena PPKM. Tapi karena temannya Bu Elida, bisa. Lumayanlah. Selesai pangkas, kami keluar, tiba-tiba ada yang panggil, “Oni…! Oni…!”
Lagi-lagi aku kaget. Karena baru pangkas, Oni nggak pake bulang, tapi kok masih kenal? Namanya Fransiska Dian. Dia kasih Oni baju baru, lalu kasih untuk beli jajan. Dia perlihatkan bahwa dia fans Oni sudah lama. Buku Oni pun terus dia bawa-bawa.
Tamu terus menerus datang, dari siang sampai malam larut. Ada saja yang dibawa untuk TIM 11. Ada yang bawa BPK, capcay, mi goreng, bawa buah, kue-kue. Makanan sampai menumpuk, nggak ada yang makan karena sudah kekenyangan. Kami disayang begitu banyak orang.
Begitu tamu terakhir pulang, kami langsung tidur. Besok pagi kita gas ke Bakauheni. Apapun mimpinya, tetap TUTUP TPL. Oni emang kek gitu orangnya.
