Oleh ANITA MARTHA HUTAGALUNG
HARI KE-42.
Pagi-pagi eda Rosenny Purba sudah sibuk di dapur masak sarapan untuk TIM 11. Dia masak sayur asem sama goreng belanak dan tahu tempe. Teman-teman yang sudah bangun pada ngopi dan makan bolunya Ibu Onih. Mirip ya, nama panggilan kami?
Lagi menemani si Eda masak, ada suara panggil-panggil. Ternyata fans Oni, mau kasih uang buat beli minum, Boru Harefa. Nggak lama datang lagi emak-emak berdua. Sengaja menutup warung untuk ketemu Oni dan TIM 11. Sama juga, setelah minta foto, kasih uang sebagai tanda dukungan untuk Aksi TUTUP TPL.
Nah, di perjalanan hari-hari terakhir, kami tidak lagi terlalu terburu-buru seperti perjalanan sebelumnya. Ini sudah mendekati Istana Negara. Selain jarak yang tak jauh lagi, kami yang sudah kelelahan perlu menjaga supaya tetap dalam kondisi sehat.
Sepanjang perjalanan dari Serang menuju Tangerang, selalu saja ada yang tiba-tiba muncul dan memberi dukungan. Ada yang memberi kue bolu, pisang, uang, kelapa muda, air mineral, mi instan, dan masih banyak yang lain.
Kami beristirahat dan makan siang atas jamuan mendadak dari Amang Nainggolan di rumahnya, di Jayanti. Amang ini berasal dari Pandumaan, kampungnya Agustina. Di sana juga sudah menunggu wartawan untuk wawancara berkenaan denga aksi TUTUP TPL.
Setelah istirahat, kami lanjut lagi perjalanan. Tapi sekitar pukul 16.00 kami melakukan closing, dan melanjutkan perjalanan ke Tangerang Kota. Tapi di perjalanan kita diarahkan agar mampir ke markasnya PBB Balaraja.
Kami dijamu oleh botou Gideon Sinaga dan keluarga. Di sana juga ketemu sama edaku yang cantik Santa Anna. Kami makan malam bersama dengan menu yang sangat istimewa dan enak. Setelah makan kami melakukan ibadah bersama sebagai pengganti ibadah Minggu. Gereja-gereja di sini masih dalam keadaan PKMM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) karena pandemi Covid.
Luar biasa sekali penyertaan Tuhan bagi TIM 11. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Philipi 4: 13). Apapun ceritanya, TUTUP TPL!