Catatan ANITA MARTHA HUTAGALUNG
H A R I K E-37.
Pagi-pagi dapat telepon dari Lambok Siregar. “Kak Oni turunlah, kami di kolam renang ini. Ada yang antar sarapan buat Kak Oni, telor 7 menit.” Bah…?! Siapa pulak yang antar, pikirku penasaran. Cepat-cepatlah antong awak turun.
Begitu sampai di kolam renang ito Togu Simorangkir langsung nyeletuk, “Emang luar biasa fans Oni ini, garis keras semua. Sampai rebusan daun kelor pun disediakan buat ito.”
Ternyata Pak Reihan Siahaan suami Hernita Nurlela Tampubolon yang antar, berikut nasi kotak buat sarapan TIM 11. Padahal hotel sudah menyediakan sarapan kami. Cobalah tolong klen ikut mikir sekali ini saja wei. Sudah tak sanggup awak mikir. Kenapalah baik-baik kali kalian sama Oni? Oni ini bukan artis, bukan tokoh, bukan pengusaha (malah pengangguran).
Jadi setiap hari itu macam bermimpi-mimpi kurasa. Nggak masuk akalku ada orang-orang sampai segitunya sama Oni.
Biasanya pukul tujuh sudah keluar hotel. Tapi karena ada kolam renangnya, agak dinikmatilah dulu. Lalu tiba-tiba ada suprise datang, kue tart ulang tahun buat Bumi dari Boru Sidabutar. Jadi sangat istimewalah ulang tahun Bumi pagi ini. Ketika Pdt. Amos Sinaga mendoakan ulang tahun Bumi, takbir membahana dari masjid-masjid yang sedang melaksanakan Sholat Idul Adha.
Karena semua itu, agak siangan dikit kami mulai jalan kaki. Yang turun berjalan kaki adalah Oni, Christian Gultom Gultom, dan Agustina Pandiangan. Sepanjang perjalanan sepiii… kayak kota mati. Agak siang, panas menyengat. Dan sepanjang jalan semua toko dan kedai tutup semua. Tak ada yang buka. Padahal lapar sudah terasa.
Kami mampir di gubuk entah milik siapa di pinggir jalan. Dan nasi kotak yang diberi Siahaan itulah yang kami makan. Lucu kali kurasa kalau kuingat pertanyaanku pagi tadi. Ngapain bawa nasi kotak buat TIM 11, di hotel sudah disediakan sarapan di kamar masing-masing? Ternyata buat bekal kami makan siang. Kata Tuhan, nggak ada yang jualan, tauk!
Saat kami istirahat, tiba-tiba ada pasangan suami istri datang menyapa. Pasangan Siregar-Boru Gultom ini salamkan uang. Kemudian suami istri muda, Pak Cimora dan Mak Cumira Boru Sitinjak. Katanya, sudah menunggu-nunggu di Mesuji. Ternyata Oni dan TIM 11 tak lewat sana. Makanya mereka telusuri jalan yang kami lewati. Akhirnya ketemu di ladang orang, bayangkan. Sampai nangis gitu dia peluk-peluk Oni. Terharu katanya, akhirnya bisa ketemu Oni, yang postingannya sudah dua tahun dia ikuti.
Setelah istirahat cukup, kami lanjutkan perjalanan. Masih juga sepi. Maklum, Hari Raya Idul Adha. Tiba-tiba hujan turun. Kami bertiga jalan sambil memakai jas hujan. Oni suka kali berjalan di hujan, karena terasa sejuk.
Tapi sayang, Oni tak bisa lama berhujan ria. Kami diperintahkan untuk masuk ke mobil oleh Ketua. Katanya, kita mau menyeberang ke Pulau Jawa. Jadi kesehatan harus prima. Jangan ada yang sakit karena kena hujan.
Menjelang sore, Oni, Agus dan ito Gultom kembali jalan karena hujan sudah reda. Dekat sebuah fly over, Oni disambut oleh eda Elida Purba, lengkap dengan bulang sulappei mirip dengan yang Oni pakai. Sampai teman TIM 11 ada yang nyeletuk menggoda: Oni Kawe.
Boru Purba ikut menemani kami berjalan kaki menuju penginapan. Jalan kaki sambil ngobrol. Tiba-tiba ada anak muda marga Simanjuntak yang nongol kasih air mineral. Lalu ada perempuan cantik yang tiba-tiba teriak, “Oniii…!” Nyonya Manik ini tanya nginap dimana. Katanya, mereka mau datang nanti malam.
Baru sejam berjalan, lagi-lagi kami disuruh masuk mobil lagi, karena hujan. Akhirnya kami sampai di penginapan. Di penginapan Boru Purba “Si Oni Kawe” juga sudah sediakan lupis buat Oni.
Tiba-tiba ada yang datang kasih roti gandum, karena dia pernah baca Oni cari roti gandum. Ya ampun, itu kan sudah lewat. Lagian, roti gandumnya banyak banget. Boru Saragih ini datang bersama suami dan dua orang putranya.
Pdt. Sariaman Purba dan Pdt. JL Sinaga mampir ke penginapan Oni. Kami ngobrol tentang banyak hal. Makan bersama didoakan oleh Pendeta. Hahaha… rasanya lama kali amennya. Soalnya aku udah lapar. Sementara di meja sudah terhidang ayam masak gota/pinadar, daun ubi tumbuk, tahu tempe, dan sambal tuktuk. Enak kali wei.
Malamnya, ada saja yang datang kepenginapan TIM 11 untuk ketemu kami dan foto-foto. Dan ada aja yang salam Oni dengan duit. Ada Boru Situmeang, Boru Tamba, dan keluarga Panggabean. Sinambela dari PBB setempat pun mampir bersama teman-temannya. Tapi Oni segera masuk karena mau dikusuk Yman Munthe.
Selama 37 hari berjalan kaki, ini yang ketiga kali Oni minta dikusuk. Tapi baru ini sakitnya minta ampun, sampai aku teriak-teriak. Menurut Munthe, sudah terlalu rundut kabel otot di betis dan pahaku. Habis dikusuk Oni minum susu sapi yang khusus dibawa Nyonya Manik. Apapun yang diminum, yang penting TUTUP TPL. Oni emang kek gitu orangnya.