JALAN KAKI TOBA-ISTANA : Terimakasih Gerakan Satu Malam

Oleh ANITA MARTHA HUTAGALUNG

Pagi-pagi Ketua Jevri Manik sudah nongol di kamar Oni. Menyentuh tangan Oni, memastikan aku tidak demam. Sarapan pagi di antar ke kamar Oni. Nasi goreng dengan ayam goreng, telur mata sapi, tempe goreng, dan teh manis.

HARI KE-36.

Tapi, seperti biasa, Oni cuma sarapan telur yang direbus tujuh menit. Agus sudah pesan pada room service-nya. Nasi goreng jatah Oni dan ito Togu aku bungkus dan aku kasih sama pemulung yang lagi ngumpulin botol air mineral di sekitar hotel.

Dan tiba-tiba Oni dapat kiriman bantal pink yang ketinggalan di hotel Martapura, plus kue lapis legit dan vitamin dari Yanthy Siburian, yang ketemu kemarin. Langsung merasa sehat Oni.

Dari depan Hotel Duta kami mulai berjalan kaki menuju Bandar Jaya. Oni ikut jalan cuma untuk nyari keringat aja. Dari kemarin Ketua sudah tidak mengijinkan Oni jalan. Dia kuatir jangan sampai aku jatuh sakit. Karena janji jalan cuma sampai keringatan, Ketua mengijinkan. Asyik!

Oni jalan bersama Christian Gultom dan Agustina Pandiangan. Aku jalan sambil siaran live. Sedang merepet-repet, tiba-tiba ada perempuan tergopoh-gopoh turun dari mobil sambil memanggil, “Oni…! Oni…!”.

Dia folowers-nya Oni, Boru Sinaga dari Kotabumi, tapi kampungnya di Prapat. Oni dapat salam tempel buat beli minuman. Terus, lanjut jalan kaki sambil ngoceh-ngoceh. “Oni…!” Tahu-tahu sudah ada lagi yang nunggu di depan sana.

Kali ini Boru Tamba dan suaminya marga Sihaloho. Mereka memberi seplastik besar buah-buahan dan memberi semangat, supaya kami sehat-sehat di jalan sampai bertemu Presiden Joko Widodo. Eh, masih salam Oni, pakai duit.

Setelah hampir sejam jalan kaki, Oni masuk mobil. Ito “Xpander” Ferry J Sihombing menggantikan. Kali ini Oni duduk nyantai di posisi “penonton”, sebagai pemerhati dan komentator siaran live bersama Ketua. Enak juga ternyata, ya. Oni bisa ledekin teman yang jalan kaki. Tapi besok Oni akan gas lagi. Oni harus patuh pada arahan Ketua, demi kebaikan Oni dan TIM 11. Supaya aku lebih fit.

Sore hari yang turun ito Gultom, Agus dan Xpander. Yman Munthe mencoba jalan, tapi tidak lama karena kepalanya pusing.

TIM 11 melakukan closing di HKBP Bandar Jaya, Lampung Tengah. Kami disambut Pdt. Amos Sinaga beserta beberapa jemaat. Juga ada juga Pdt. Andri Saragih dan Pdt. Samuel dari Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).

Begitu Oni turun mobil, seorang perempuan kecil mungil memanggil dan langsung peluk-peluk Oni dengan air mata berlinang-linang. Katanya, sudah lama nunggu-nunggu Oni. Dia meyodorkan buku Oni “Kek Ginilah Caraku Mengajar Anak”. “Tanda tanganilah, Oni. Buku ini sudah lama aku beli,” katanya.

Saat menandatangani buku itu baru aku tahu namanya Mak Reihan Siahaan Boru Tampubolon. Mereka memberi susu beruang, vitamin UC-1000 dan snack. Terus, kasih Bumi duit buat hadiah ulang tahun. Juga kasih Agus buat tambah beli sepatu.

Menjelang senja, kami disuguhi makan malam dengan menu terenak. Sudah lama Oni tak makan yang pas di lidah. Bukan Oni saja. Ito Togu Simorangkir pun langsung sehat. Hahaha… langsung live dia.

Sehabis makan malam, kami diantar Pdt. Andre Saragih ke Hotel BBC. Sementara Pdt. Samuel sudah permisi duluan, karena melayani penghiburan pada keluarga yang baru kemalangan. Sampai di hotel, mak jaaang… selama perjalanan 36 hari baru kali ini nginap di hotel yang bagus. Barang kita ada yang bawakan. Kita melenggang naik lift, nggak usah ngos-ngosan naik tangga sambil bawa ransel. Kamar yang nyaman, ada kolam renang pula.

Kami diantar Pdt. Andri Saragih sampai pintu kamar. “Selamat beristirahat, ya. Maaf, kalau besok saya tidak bisa menemani TIM 11. Besok saya ada pelayanan,” ujar beliau.

Kami sampai berulang-ulang mengucapkan terimakasih buat kenyamanan ini. Tapi, sesaat sebelum meninggalkan kami, Pdt. Saragih menyalamkan segepok duit ke tangan Oni. “Kami cuma bisa bantu sedikit buat logistik, ya Oni,” katanya. Entahlah, bingung mau bilang apa lagi. Saat kuhitung, ada 20 lembar uang merah.

Ceritanya, hotel 5 kamar + 1 extra bed dan uang 2 juta adalah sumbangan dari Sinode GKSBS, TAKA GKSBS, Yabima Indonesia, Klasis Kotabumi dan Klasis Bandar Jaya. Semua kenyamanan ini, katanya hasil gerakan rembukan satu malam.

Bermula dari pesan WA seorang Pendeta yang tak Oni baca, lalu beliau telepon Oni. Katanya dapat nomer Oni dari Pdt Wiwit. Dan aku jawab ogah-ogahan, maklum lagi kurang sehat. Pak Pendeta bertanya kami butuh apa, Oni jawab gak butuh apa-apa, masih tercukupi. Sampai telepon berakhir, aku lupa tanya namanya (lihat: Catatan Oni Hari Ke-35).

Dari komentar Pdt. Darwita Purba di catatan perjalanan, baru aku tahu namanya Pdt. Erik Timoteus Purba. Dan dari obrolan kami, Pdt. Erik Purba bilang beliau sudah pernah ketemu Oni di warung kopi di Tigarunggu. Saat itu Oni katanya ngopi sama eda Kanit Nita Purba, sementara Pdt, Erik ngopi sama Pdt. Mikhael Z Sipayung. E, tahe. Ternyata Pdt. Erik Purba inilah yang membuat gerakan satu malam untuk mendukung TIM 11. Untuk kebaikan alam dan ekologi Danau Toba!

Kembali lagi, betapa Tuhan pelihara hidup Oni begitu baik. Tak terjangkau oleh akal pikiranku. Itulah sebabnya kenapa aku jarang mikir. Pokoknya TUTUP TPL. Oni emang kek gitu orangnya.

Editor: Nestor Rico Tambunan

Avatar photo

About Nestor Rico Tambun

Jurnalis, Penulis, LSM Edukasi Dasar. Karya : Remaja Remaja, Remaja Mandiri, Si Doel Anak Sekolahan, Longa Tinggal di Toba