Meninggal dengan tenang di usia lanjut tanpa menderita sakit-penyakit yang parah, wafat dalam keadaan tidur, tidak penuh dengan rasa kesakitan, adalah harapan semua manusia di bumi ini.
Namun model dan jalan kematian manusia itu berbeda-beda. Secara agamais jenis kematian itu diasumsikan karena dosa turunan, perbuatan orangtua atau nenek moyang yang harus dipikul oleh keturunannya. Jika sang ortu atau nenek moyang berbuat baik, maka baiklah jalan kematiannya, andai sebaliknya, ajal yang menjemput tidak semudah membalikkan telapak tangan, rasa sakit terus menggerogoti sementara nyawa belum juga ke luar dari bumi.
Bahkan ada kisah seseorang yg sudah berusia seratus tahun lebih, tidak mati-mati padahal tubuhnya sudah digerogogi penyakit parah dan tinggal tulang-belulang saja.
Maka tatkala ada yang mengatakan harus memusnahkan keris pusaka miliknya, si kakek renta itu bisa menghembusnya nafasnya. Rupanya keris itu menjadi jimat yang membuat dia sulit pergi dari bumi. Dan banyak lagi kisah tentang jalan kematian yang sulit, tragis dan damai.
Berbicara tentang jalan kematian, ada yg tiada akibat penyakit kanker, diabetes, jantung dll. Beberapa penyakit bisa dikatakan sebagai penyakit keturunan. Umum menilainya memang sudah demikian adanya. Nah, jika seseorang ditembak kepalanya, otaknya berpindah tempat, jari-jari dipukul sampai memar, isi perutnya lenyap dan dicabut dengan paksa, lalu jantungnya entah masih ada atau tidak, dengan kesakitan yang tiada tara itu, apakah jenis kematian seperti itu berkaitan erat dengan perilaku neneng moyang terdahulu atau memang telah dikondisikan oleh si pembunuh agar jalan kematiannya seperti itu?
Sebab banyak jalan kematian yang mengenaskan terjadi di dunia ini hanya karena masalah sepele, contohnya seperti masalah cinta segitiga, perselingkuhan, perampokan, gegara Handphone, harta warisan, penipuan, pemerkosaan, pembegalan, saling ejek, sakaw akibat narkoba, cemburu, perselingkuhan yg berujung menyewa pembunuh bayaran, dendam kesumat, tersedak lalu tak bisa bernafas dll.
Dan kita ada baiknya selalu waspada dengan tidak mencari urusan pada hal-hal yang menyimpang dari kehidupan yang normatif. Barangkali cara lain agar jalan kematian itu berlangsung nyaman tanpa kendala, ikuti aturan Sang Pemilik Semesta melalui ajaran kebaikan yang ada di kitab-kitab suci, itu patut dilakukan. Sebab, jalan kematian yang nyaman tanpa penderitaan itu keinginan setiap manusia.
Tak asyik juga bila dimakamkan di daerah mahal seperti San Diego Hill dengan biaya milyaran rupiah tatkala sebelum mati harus menderita penyakit yang parah atau tubuh ditembak dan dimutilasi akibat dendam kesumat seseorang.
Semoga saya dan kalian menunggu jelang akhir hayat dalam kondisi penuh kebahagiaan, sehat dan sejahtera. Salam
Foto: Askara