Jamboree Arus Deras Sungai Rangkong (1)

Lody Korua, Pendiri FAJI dan Ketua Asosiasi IWWO kasih pelatihan di Sungai Rangkong

Lody Korua, Pendiri FAJI dan Ketua Asosiasi IWWO kasih pelatihan di Sungai Rangkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

Seide.id 16/07/2024 – Tanggal 12-17 Juli 2023, para legenda Arus Deras Indonesia kumpul bareng di Sungai Rangkong di Desa Tulaktallu. Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Bukan sekadar ‘main air’ bareng Bupati Indah Putri Indriani, tapi juga untuk ketemu muka dan bebagi pengalaman di hajat tahunan Jamboree Nasional II Arus Deras Sungai Rangkong (JN2ADSR).

Sungai Rangkong mengalir sepanjang 10 Km dari hulunya di Pegunungan Kambuna, melintasi hutan tropis surga flora dan fauna endemik di Kabupaten Luwu, pegunungan dan Luwu Utara, sebelum bermuara di Teluk Bone. Berarus deras dengan jeram-jeram kelas menengah (grade 3 dan 4) dan gradien 12-15 m/km, Rangkong merupakan satu dari sungai favorit arung jeram di Sulawesi Selatan.

Ke sungai di Kecamatan Sabbang yang berjarak kitaran 15 Km dari Masamba, kecamatan sekaligus ibukota Luwu Utara, atau sekitar 430 Km sebelah utara Kota Makassar. itu para legenda Arus Deras Indonesia (antara lain dari Bali, Bandung, Jakarta, Toraja, dan Yogyakarta) hadir dalam jamboree yang diikuti 200 orang peserta berbagai kota dan dihelat oleh Pegiat Arus Deras Indonesia (PADI).

Arus Deras adalah aktivitas mendayung perahu (rakit, ataupun wahana apung lainnya) menyusuri jeram-jeram dan arus deras sebuah sungai, yang oleh Baden Powell (Bapak Pandu sedunia) disebut sebagai white water rafting. Sementara itu, selain sebagai Arus Deras, para pencinta alam Indonesia juga menyebut aktivitas luar ruang penuh risiko ini sebagai Arung Jeram ataupun Arung Sungai.

Di Indonesia, aktivitas ini dimulai oleh ekspedisi susur sungai pedalaman oleh Mapala-UI, serta Wanadri, dan mulai menemukan bentuknya ketika tahun 1975 dan 1976 saat Wanadri menggelar ajang Citarum Rally I dan II di Sungai Citarum Jawa Barat. Tahun 1990, lewat Sungai Ayung di Bali dan Sungai Citarik Sukabumi Jawa Barat, aktivitas penuh risiko ini berkembang menjadi ajang wisata bagi umum.

Tahun 1996, di kampus Universitas Trisakti, Jakarta, lahir FAJI (Federasi Arung Jeram Indonesia) yang bernaung di KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Aktivitas arung jeram pun masuk menjadii bagian dari cabang olahraga prestasi yang dipertandingkan dalam PON, Kejuaraan Nasional, bahkan Indonesia juga berprestasi di brbagai ajang World Raffting Championship.

Menyandang tiga pilar olahraga (ekspedisi, wisata, dan prestasi) aktivitas arung jeram Indonesia berkembang pesat. Bahkan tak cuma yang menggunakan rakit karet, tapi juga jenis wahana apung lainnya. Operator usaha arung jeram muncul dimana-mana. FAJI pun tak lagi sendiri, karena berbagai organisasi muncul sejalan kebutuhan dan ekspektasi aktivitas serta bisnis arung jeram masing-masing pelaku.

Tak cuma jualan paket wisata arung jeram ke para peminat atas dan menengah, atau menggelar latihan-latihan (manajerial dan kemampuan olah dayung/rakit) untuk memperkuat squad saat operasonal di lapangan, para pegiat arung jeram juga perlu unuk selalu ketemu muka, saling berbagi pengalaman unuk kebaikan besama ke depan, sebagaimana harapan yang muncul pada ajang JN2ADSR.

Kehadiran para legenda tak cuma akan memberi banyak manfaat kepada masyarakat Sulsel dan Luwu Utara pada khususnya. “Tapi juga akan memberi dampak positif bagi terbukannya Tulak Tallu ini sebagai kawasan desa wisata,” ucap Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani, yang juga Ketua PADI sekaligus Ketua Panitia JN2ADSR, saat meresmikan jamboree pada Jumat tanggal 14/07/2023. (Bersambung…)

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.