Seide.id -Jika musik blues awalnya diciptakan oleh orang-orang kulit hitam, maka musik country, bluegrass, folk dan balada, diboyong oleh orang-orang Inggris, Scotlandia dan Irlandia ke Amerika.
Para pionir pemberani dari Eropa itu, bertualang ke tanah yamg jauh lebih luas dari seluruh daratan Eropa itu untuk suatu kehidupan baru. Suatu kehidupan yang lebih baik. Bayangkanlah kehidupan nomaden para pionir itu di film-film western.
Di saat-saat senggang di antara menggali-gali tanah nencari emas, di antara padang-padang rumput, gurun, bebatuan, sungai, rel-rel kereta api yang terus mereka bangun, para pekerja dan petualang itu terus memupuk harapan.
Harapan-harapan, ketabahan, penderitaan, ketangguhan, perjuangan, dan -tentu saja- do’a dan cinta terlukis dalam sajak-sajak, balada dan lagu.
Dalam atmosphere seperti itulah konon musik-musik country, blue grass, folk dan balada seperti menjadi hiburan dan penguat tekad supaya tak goyah.
Musik country, folk, bluegrass dan balada, begitu merasuk menjadi “musik orang Amerika”. Terurama yang berkulit putih. Mungkin seperti musik dangdut di Indonesia. Mungkin hlo,.l kalok salah yaa.., ma’aaap.
Beberapa waktu lalu, ketika saluran tv FOX, masih tayang di Indonesia, aku cukup intens mengikuti suatu tayang musik bertajuk “The Voice”. Sekarang semua jenis saluran FOX menarik diri dari Indonesia. Tapi sampai hari ini aku tahu, apa sebabnya. Aku tak ngotot juga mencari tahu penyebabnya, mungkin ada fihak entah apa yg bisa menjelaskan?.
“The Voice” adalah tayangan menarik tentang pencarian bakat yang konon lebih ‘bermutu’ ketimbang “American Idol”. The Voice selalu menyebut para selebriti yang menjadi mentor itu pelatih, bukan juri. Para mentor yang terdiri dari 4 orang musisi dan penyanyi terkenal itu, memilih calon penyanyi yang diaduisi. Audisinya menarik, mereka menamakan “Blind Audition”. Para juri membelakangi calon penyanyi yang diaudisi. Ini dimaksudkan supaya para juri betul-betul mendengar vocal, voice, suara,…jadi tak terpengaruh pada wajah atau penampilan.
Adam Lavine dan Blake Shelton, sepertinya disetting untuk saling mengejek. Tapi yang lebih sering jadi ‘objek ejekan’ adalah Blake Shelton. Dunia musik mengenal Adam Lavine sebagai vocalis, penulis lagu dan pentolan band Maroon Five. Blake Shelton konon terkenal di Amerika sebagai pemusik country. Tapi aku tak mengenalnya.
Suatu ketika, seorang calon penyanyi yang diaudisi membawakan lagu Paul Simon, salah seorang legenda musik balada. Duo-nya “Simon & Garfunkel” sdh seperti legenda hidup. Lagu itu dibawakan dgn pas dan asyik. Semua juri, membalikkan kursi yang artinya nanti, akan memilih dan memperebutkan sang calon penyanyi dgn segala persuasi supaya sang calon penyanyi mau dilatih olehnya. Blake Shelton berkata: “Aku tak tahu lagu siapa yg kamu nyanyikan, tapi kamu menyanyikannya dgn asyik dan penuh penghayatan. Lagu itu jadi seperti lagumu sendiri”.
Ketidaktahuan itu, entah akting atau bukan,…tapi aku heran,…kok Bkake Shelton tak tahu?. Eeh,…benar saja.., seperti bisa membaca fikiranku,… Adam Lavine berkata kepada Blake Shelton dengan tajam, sinis dan ketus: “Blake,…kau tak tahu dia membawakan lagu siapa? Lagu itu lagu balada sangat terkenal. Dibawakan oleh musisi balada terkenal di Amerika dan bahkan dunia bernama Paul Simon. Duo-nya bernama “Simon & Garfunkel”. Kamu adalah penyanyi, musisi musik country dan balada,…dan kamu bilang kamu tak tahu? Hlaah,…lalu musik siapa yang kau dengarkan?!” Blake Shelton hanya cengar-cengir.
Dalam salah satu episode, di babak semi final (?),… tampillah seorang musisi country, folk dan balada yang namanya melegenda: James Taylor. Untuk memberi kiat-kiat seputar teknik dasar dan Para calon penyanyi yang lolos ke-babak semi final itu, tertegun, sampai ada yang setengah menyembah, menitikkan air mata dan memeluknya, seperti seorang anak hilang yang lama tak jumpa dengan ayahnya.
James Taylor, dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan, hangat dan sangat rendah hati, yang membuatnya begitu dicintai oleh penggemar musik country.
Seorang teman bercerita. Suatu ketika sudah agak malam, dia menonton tribut untuk James. Istrinya adalah sorang pengagum beratnya. Ketika James tampil, dia membangunkan istrinya untuk menonton. Sambil mengucek-ucek mata, istrinya bertanya dalam bahasa Sunda. “Mana,… James Taylor-na?”
“Tah eta,…nu nyanyi”.
Rupanya dalam benak istrinya masih ‘tersimpan’ sosok seorang James Taylor muda yang tampan, dengan sorot mata tajam tapi lembut, senyum manawan, rambut gondrong dan lurus seperti orang Indian, tubuh jangkung dan ramping. Sementara sosok di layar kaca itu,…hehehe,…”Aah,…ma’enya iyeu James Taylor,…ges…aki-aki kieu?!”
Di sini, keterkenalan James Taylor mungkin setara dengan Paul Simon legenda dan para musisi idolaku.
Beberapa tahun lalu ketika James Taylor berulang tahun ke-73?, 74? HBO menayangkan Tribute to James. Di tribute itu tampil beberapa penyanyi dan musisi kondang. Diantaranya yang aku ingat ada; George Michael, Billy Joel, Johny Mitchel, Reba McIntire, Lady Antebelum (betul gak tulisannya?), Sting,… dan Carole King yang konon diam-diam konon mereka saling memuja (dan mungkin saling menaruh hati),… tapi tak pernah terdengar gosip di belakang panggung di antara mereka. Mungkin karena mereka orang-orang baik, menghormati pasangan masing-masing dan bersahaja.
Ilustrasi: Kartun James Taylor, aku kerjakan beberapa menit lalu, dengan pensil dan akrilik di artpaper bekas kalender, 40x30cm…
(Aries Tanjung)