Seide.id – Tidak ada gunanya ngambek, ketika saya diberi predikat sebagai pengacara alias pengangguran banyak acara.
Tidak ada gunanya sewot, ketika saya disebut tukang ukur jalan alias hobi keluyuran tiada juntrungan.
Tidak masalah juga saya dibilang sok sibuk, karena tidak aktif di grup WA, komunitas, dan seterusnya. Karena saya jarang muncul untuk bersilaturahmi, bersay-helo, atau sekadar berkirim kabar.
Apa pun predikat yang disematkan itu tidak saya masukkan ke dalam hati. Tidak ada gunanya ditanggapi, karena hanya buang waktu dan energi.
Mereka tidak tahu atau mengenal saya secara dekat. Kenal tampilan, tapi tidak tahu isinya.
Saya sibuk itu tidak untuk pelarian atau ‘ben diarani’ seperti sosialita. Saya tidak bisa tinggal diam, karena terbiasa aktif. Kesibukan saya terarah dan efektif. Ketika saya mencoba berdiam dan manjakan diri, saya jadi gelisah dan tubuh merasa lelah.
Ada orang bilang, bahwa saya yang lansia ini sudah waktunya untuk mengurangi kesibukan. Anehnya, saya kian aktif. Saya melakukan semua itu dengan hati, tanpa beban, dan hepi. Tujuan saya juga jelas, ingin berbagi pada sesama. Karena hidup ini singkat. Saya percaya, bahwa ada kehidupan baru setelah kita mati.
Saya juga tidak bisa mengikuti saran teman agar menikmati masa tua sambil momong cucu, jalan-jalan, healing, atau bersantai ria. Ketika mencoba, saya merasakan kekosongan di hati.
Selain itu saya juga melihat banyak bukti, teman yang mengurangi aktivitas, setelah pensiun itu banyak yang terkena ‘power syndrome’, stres, dan jatuh sakit.
Sesungguhnya, saya banyak aktif dan kesibukan itu, karena saya tidak ingin cepat pikun. Mesin yang dionggrokin dan tidak dipanasi itu cepat rusak, apalagi tubuh ini.
Saatnya kita berani ubah pola pikir sendiri. “Dari apa yang bisa kita kerjakan diganti dengan apa yang bisa kita lakukan untuk perbaiki keadaan di lingkungan sekitar.”
Intinya, kita diajak makin peduli, berempati, dan ambil bagian untuk berbagi kebaikan. Jangan lelah jadi orang baik. Jangan lelah untuk jadi orang yang peduli pada sesama.
Rasakan dan bandingkan, ketika kita berdiam diri, tidak berbuat apa-apa dengan berbagi pada sesama.
Kita bahagia, ketika melihat wajah yang cerah sumringah, sorot mata yang tulus, dan bibir tersenyum itu.
Selalu bahagia adalah api jiwa yang harus dijaga agar tetap menyala. “Jadilah terang dunia.”
…
Mas Redjo/ Red-Joss