Seide.id – Siapa penyebab perkawinan retak? Ternyata, bukan selalu pihak lain. Sikap suami atau istri dalam perkawinan itu bisa menjadi duri dalam daging. Itu disebut perilaku self sabotage.
1. Kelewat mengidolakan pasangan
Yang satu ini dilakukan oleh suami atau istri yang cenderung kurang memiliki kebanggaan akan daya tarik pribadinya. Jadilah, ia sibuk mengidolakan dan memprioritaskan pasangannya, karena begitu khawatir bakal ditinggalkan.
Camkan, baik itu baik. Namun, terlalu baik justru menjadi tak baik.
Yang bersangkutan juga lebih sering tampil sebagai sosok yang sarat beban dalam rumah tangganya. Ia bahkan tak sempat mengupayakan kebahagiaan bagi dirinya sendiri.
Secara keseluruhan ia malah terkesan norak karena selalu cari perhatian. Sementara itu, pasangannya merasa risih dikondisikan sedemikian istimewa.
2. Terlalu banyak menuntut
Individu seperti ini boleh jadi terbiasa tak realistis. Harapannya kelewat tinggi dan angan-angannya terlalu muluk.
Kalau ada hal-hal tidak memuaskan dalam kehidupannya, ia akan menuntut orang lain memenuhi standarnya, apa pun caranya.
Bahkan, kalau trik yang satu gagal, ia akan mencoba strategi lain agar tuntutannya dipenuhi.
Lama-kelamaan pasangannya pastilah merasa lelah batin. Jangan salahkan kalau pasangannya maupun orang-orang di sekitarnya jadi tak suka bersamanya.
3. Abai merawat penampilan
Jangan dikira tubuh yang tampil tak terurus tidak mampu memadamkan bara asmara suami-istri, lho. Suami atau istri mana yang betah memandang penampilan pasangannya yang kucel? Si istri mengenakan daster butut. Sang suami bersinglet dan celana boxer lusuh.
Namun, tentu saja, itu tak lantas berarti suami atau istri harus menghabiskan uang, waktu, dan enerji untuk bersolek sepanjang hari tanpa menaruh peduli pada aspek lainnya dalam kehidupan berumatangga.
4. Suka mencela
Kehidupan perkawinan yang sehat dijamin bisa diwujudkan asalkan ada suasana penuh keintiman, kepercayaan, dan penerimaan tulus suami-istri.
Itulah sebabnya, bukalah pintu hati setiap kali pasangan mengutarakan isi hatinya, termasuk fantasi seksualnya. Jangan malah langsung mencelanya dengan nada meremehkan sebagai sesuatu yang menjijikkan.
Kepekaan dalam menanggapinya secara positif justru bakal melipatgandakan cintanya.
Sebaliknya, mencelanya hanya akan meruntuhkan harga dirinya. Rasa percaya dirinya sebagai sparing partner di segala bidang kehidupan akan melorot.
Kalau sudah begini, hubungan suami-istri pun jadi mendingin.
5. Kelewat cemburu
Cemburu sih boleh-boleh saja. Normal, kok. Konon setiap orang cenderung lebih sensitif dan cemburuan ketika sudah terikat dalam perkawinan dibandingkan semasa lajang.
Nah, kalau terjebak dalam kondisi seperti ini, cobalah introspeksi. Jangan-jangan si suami atau sang istri memang termasuk tipe individu yang suka memancing kecemburuan pasangan untuk membuktikan sedalam apa kadar cinta pasangan.
6. Rajin ngomel
Kebiasaan ini menandakan yang bersangkutan tak pernah merasa puas. Semua selalu salah di matanya. Entah lantaran tersimpan kecenderungan serakah atau merupakan kompensasi atas kelemahan diri yang sengaja ditekan sedemikian rupa.
Dengan selalu ngomel, ia berusaha menutupi kekurangan dirinya dengan menimpakan kesalahan pada orang lain, termasuk pasangan.
Solusinya? Belajarlah hidup di dunia nyata. Sadari semua orang bisa bersalah.
Beranilah mengakui kesalahan, perbaikilah diri. Hidup pun jadi semakin berkualitas.
7. Sok sibuk
Bisa jadi istri atau suami betul-betul sibuk dengan pekerjaan dan kegiatan. Namun, jangan lupa untuk selalu sisihkan waktu berkualitas demi menjalin keakraban dengan pasangan.
Bisa jadi suami keranjingan main football game di HP atau istri tergila-gila kepada hobi tertentu dan itu tak melibatkan Namun, itu tidak berarti tak boleh memliki kegemaran dan lingkup kehidupan sosial di luar keluarga inti.
Walau begitu, tetap prioritaskan kebutuhan pasangan, terutama kebutuhan emosinya agar api cinta senantiasa tetap menghangatkan kehidupan perkawinan. (Puspayanti, kontributor)