Penulis Jlitheng
Mati rasa adalah kondisi ketika bagian tubuh tertentu tidak mampu merasakan rangsangan yang diterima. Kondisi ini dapat terjadi di salah satu sisi tubuh atau kedua sisi tubuh (simetris). Meski dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, mati rasa paling sering terjadi di lengan, kaki, serta jari-jari.
Bagaimana jika yang terjadi mati rasa hati?
Mati rasa perasaan atau emotional numbness adalah kondisi hati seseorang yang tidak mampu merasakan rangsangan yang diterima. Hampa, tawar hati
Biasanya orang bisa merasakan “mati rasa” ini ketika tujuan hidupnya menipis. Saat kita kehilangan tujuan hidup, lantas apa arti hidup ini? Makanya, kita mulai merasa “hampa, mati rasa.”
Saya percaya bahwa rasa hampa atau mati rasa seperti ini akan selalu ada dalam hidup kita. Tetapi, bergantung bagaimana menyikapinya.
Ada banyak sebab seseorang dapat mati rasa atau hampa menjalari hidupnya.
Ada kisah seorang suami yang saya kenal, yang sehari-harinya diisi dengan hal-hal berulang bersama istrinya. Namun, tak tampak di wajahnya kehampaan atau mati rasa.
Bukan hanya seminggu, sebulan, setahun, melainkan sudah lebih dari sepuluh tahun, seorang suami hidup bersama istrinya yang menderita. Setiap hari ia merawat istrinya, yang tak lagi bisa bicara, tak dapat bergerak. Membersihkan, menyuapi, mengajaknya bercanda, membawanya berjemur… dan (yang saya dengar) mengajak istrinya pulang kampung, melihat kembali kampung halaman yang telah lama ditinggalkan.
Ada banyak kisah serupa. Suami merawat istri, istri merawat suami, atau orangtua merawat anaknya.
Ketika saya bertanya kepada seorang ibu muda yang sedang bermasalah, “Apa yang membuat Anda mampu bertahan?” jawabnya, “Karena saya dikelilingi orang-orang baik, yang tidak mati rasa, yang selalu menghidupkan asa.”
Everybody needs a little help sometimes, no one stand alone.
Dekat dengan Tuhan, dekat dengan sahabat, akan membantu kita ketika kita berada dalam titik paling rendah.
Salam sehat dan rajinlah berbagi cahaya.