Foto : Toa Heftiba / Unsplash
Penulis : Jliteng
Sebagai orang dewasa, tak bisa dipungkiri, banyak dari kita yang ragu untuk meminta tolong, ketika kita sangat membutuhkan. Di saat-saat krisis baik itu finansial, emosional, mental atau hubungan, kita sering menyangkal menerima kenyataan dan karenanya kita “tidak pernah meminta bantuan” dari teman dan keluarga kita.
Tak jarang perasaan itu hinggap di hati kita sebagai orangtua. Kita merasa meminta tolong pada anak sendiri (apalagi orang lain) adalah tanda kelemahan. Kita takut orang-orang akan menilai diri kita, sehingga meminta tolong itu memalukan.
Mengapa kita takut minta tolong? Karena sungkan, khawatir mengganggu dan dipandang lemah. Ada harga diri (semu) yang menghalangi.
Seseorang yang mau minta tolong mengandaikan punya sikap rendah hati, keberanian dan keterbukaan. Sikap itu tidak ada jika tidak ditumbuhkan sejak dini.
Anak-anak ibarat spons yang siap menyerap nilai – nilai, pengetahuan, dan wawasan baru dari orangtua atau orang dewasa di sekitarnya.
Ada 3 kekuatan dasar yang perlu ditanamkan pada anak, yakni tolong, terima kasih, dan maaf. Tiga kekuatan itu sering digunakan ketika berinteraksi dengan orang lain.
Jangan terlambat, hidup bersama akan makin tidak mudah. Dibutuhkan tiga daya ajaib itu agar kelak anak kita sanggup hidup sehat dan menjadi berkat bagi sekitarnya.
Salam sehat dan tak segan mau berbagi cahaya.
PERSAUDARAAN ITU TANPA SEKAT – Catatan halaman 122